Saturday 26 April 2014

Lidah Memang Tidak Bertulang

Semangat Pagi Sahabat !!!

Hari ini tiba-tiba saya ingin menulis tentang lidah. Eitts ini gak ada hubungannya dengan makanan yaa seperti semur lidah sapi, lidah sapi bumbu pedas apalagi, hehe. Pagi-pagi ngomongin makanan sulrppph yummy.


Beberapa waktu yang lalu saya sedikit agak tersinggung dengan komentar teman saya di status facebook saya, padahal saat itu konteksnya mungkin kita sedang bercanda. Tapi karena bercandanya keterlaluan jadi sedikit membuat hati panas. Saya tidak akan menulis kata-katanya di sini, karena sama saja dengan ngomongin orang lain kan. Dan kita nanti yang malah jadi negatif.


Jadi lidah yang saya bicarakan disini adalah kata-kata atau ucapan yang keluar dari mulut kita. Bisa jadi apa yang kita katakan membuat orang tertawa karena lucu, membuat orang menangis karena terharu, membuat orang marah karena tersinggung. Jadi benar ya kalau dikatakan lidah itu lebih tajam dari pisau belati. Bahkan hanya karena tersinggung atas ucapan orang lain, seseorang bisa melakukan tindakan kriminal. Naudzubillah!



Ada pepatah mengatakan diam itu emas. Tapi menurut saya semua itu kok harus ada batasan-batasannya. Seandainya kita diam saja melihat sesuatu yang tidak sewajarnya, sesuatu yang melanggar norma misalnya, apakah kita juga akan diam saja? Apakah masih dikatakan bahwa diam itu emas? Tentu saja tidak. Malah tidak wajar jadinya. Kalau kita emosi karena merasa martabat kita diinjak-injak ya wajarlah kalau kita marah. Semua itu masih manusiawi kok, asal masih dalam batas-batas kewajaran.


Tapi ada lho teman saya yang mempunyai pribadi kalem. Sangat kalem bahkan. Diolok-olok cuma diam, dilecehkan cuma diam, dimaki-maki juga diam. Sampai-sampai saya berpikir,"apa orang ini gak punya emosi ya?". Tapi teman saya itu malah bilang, "sudahlah, ngapain kita marah, gak ada gunanya. Biarin aja mereka marah, yang rugi juga mereka sendiri, ntar kalo kena penyakit darah tinggi juga derita mereka sendiri." Saya sampai tidak habis pikir, kok ada ya orang seperti itu?


Dari cerita saya di atas, akhirnya saya mengambil kesimpulan. Hidup ini sangat kompleks. Setiap hari harus bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam permasalahan yang mereka hadapi. Dan tidak selamanya kita bisa minta orang lain untuk selalu mengerti apa yang kita mau. Kadang-kadang kitalah yang harus mengerti mereka. Jangan menjadi pribadi yang egois. Ketika kita mengalah, bukan berarti kalah kok. Ketika kita diam, bukan berarti kita mau diinjak-injak. Redam emosi, lapangkan dada, biarlah otak sehat kita yang berbicara. Ini memang tidak mudah, tapi kalau ada niat dan ingin menjadi pribadi yang positif tidak ada salahnya kita belajar mengendalikan emosi, sehingga kita bisa menjaga lidah kita agar yang keluar dari mulut kita hanya kata-kata yang baik-baik saja. Setuju?


Ada kata-kata bijak yang selalu saya ingat, "saat kamu marah, sebaiknya kamu diam dan jangan mengambil keputusan".

Kata-kata dan keputusan yang kita ucapkan dalam kondisi emosional pasti tidak baik dan akan berakibat tidak baik pula. Jadi kalau memang kita mau menjadi pribadi yang baik harus mau belajar sabar, tawakal, dan ikhlas. Berat ya? Iya. Tapi pasti bisa!

Bagaimana jika hal ini terjadi di dunia online?
Yang saya lakukan di media sosial seperti facebook misalnya, biasanya jika saya tersinggung dengan salah satu komen adalah saya tetap mengetik (kadang dengan emosi) panjaangg sambil marahhh, trus saya baca berulang-ulang, saya edit-edit, habis itu saya hapus. Gak jadi tekan enter, atau submit. Hehehe. Itulah cara saya meredam emosi. Karena di internet atau di media sosial khususnya, semua adalah konsumsi publik. Kita harus branding image positif. Dan kita mau nyari teman-teman yang positif juga kan?

Oke jangan buang-buang waktu kita yang tidak panjang ini dengan hal yang sia-sia. Caiyo selalu bersemangat untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan mencari teman-teman yang baik pula. 

Salam :)

4 comments:

  1. Lebih baik diam... tenangkan diri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang diam adalah cara yang paling jitu, tapi terkadang memang sulit. Harus ada kemauan yang tinggi untuk belajar terus agar tidak mengambil keputusan apapun saat marah. Makasih mas Adi kunjungannya :)

      Delete

Yuuk saling berbagi.
Saya menunggu komentar dan saran dari Teman-teman.
Terima kasih.