Ketika menyebut nama jamu, yang muncul di benak saya adalah semacam cairan kental berwarna hijau atau kuning yang rasanya pahit. Maklum dulu sewaktu adik saya masih balita, karena sulit makan akhirnya diberi jamu cekokan (istilah Jawa, yaitu ramuan herbal yang dihaluskan dan ditaruh di kain putih, kemudian diperas di atas mulut si anak, yang biasanya sambil meronta-ronta karena sudah pasti dipaksa untuk menelan perasan ramuan tadi) yang terbuat dari beberapa ramuan herbal.
Seiring dengan perjalanan waktu, pemahaman saya tentang jamu sedikit demi sedikit mulai berubah. Ternyata selain jamu yang rasanya pahit tadi juga ada lho jamu yang enak dan segar, seperti jamu kunir asem (jamu kunyit asam). Sesuai dengan namanya, jamu kunyit asam ini terdiri dari kunyit, asam jawa, dan gula jawa. Kalau yang ini sih saya menyebutnya bukan jamu, karena rasanya tidak ada pahitnya sama sekali, melainkan kecut-kecut seger (agak asam tetapi menyegarkan). Jamu kunyit asam ini ternyata berkhasiat melancarkan menstruasi dan menghilangkan pegal linu. Tapi memang secara umum yang namanya jamu itu rasanya pahit, yaah namanya juga obat,
Bahan dasar jamu atau istilah kerennya sekarang adalah herbal, biasanya berasal dari bagian tumbuh-tumbuhan baik itu akar, batang, daun, bunga atau buahnya. Tumbuh-tumbuhan ini bisa di dapat di daerah-daerah di Indonesia yang kaya akan tumbuhan herbal. Maka dari itu masing-masing daerah di Indonesia mempunyai aneka ragam obat tradisional yang diturunkan secara turun temurun dari nenek moyangnya.
Tanaman jamu atau tanaman herbal itu sendiri sebenarnya bukan melulu jahe, kunyit, temulawak yang saya kenal selama ini. Ternyata setelah membuka situs Biopharmaca Research Center (BRC) di http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection jadi terbukalah mata saya kalau banyak sekali tanaman di sekitar kita yang termasuk tanaman jamu dan mempunyai khasiat yang luar biasa.
![]() |
Sebagian kecil contoh aneka tanaman jamu/herbal sumber: disini |
Dari jambu biji merah saja, ternyata yang berkhasiat bukan hanya buahnya yang manis dan menyegarkan, melainkan daunnya juga punya khasiat yang luar biasa. Buah jambu biji merah memproduksi flavonoid sebagai antioksidan dan memperkuat daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi dan penyembuhan luka. Sari buah jambu biji bisa meningkatkan kadar hemoglobin, dan yang membuat wow! adalah kadar astrinet yang terdapat dalam jambu biji bisa membuat kulit yang kendur menjadi kencang kembali. Daun jambu biji berkhasiat untuk mengobati diare, disentri, radang usus.
Ada lagi tanaman yang bernama Tanaman Zodia. Ternyata tanaman ini sudah lama digunakan oleh penduduk asli Papua untuk mengusir serangga dan nyamuk.
Ada juga buah mengkudu yang berkhasiat antihipertensi, sakit kuning, demam, influenza, batuk, sakit perut, menghilangkan sisik pada kaki, dan anti diabetes.
Kemudian ada kunyit yang ternyata berkhasiat memperlancar haid, mengobati keputihan, memperlancar ASI, amandel, dll.
Bukan hanya daun, buah, dan akar tumbuhan saja yang berkhasiat, ternyata ada juga bunga yang juga termasuk tanaman jamu/herbal lho, contohnya bunga nusa indah yang ternyata berkhasiat untuk menurunkan demam, dan mengobati batuk, flu, radang usus, ginjal, serta mencegah dan mengatasi kanker payudara.
Wah, yang saya sebutkan di atas itu hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak tanaman jamu. Saya yakin masih ada ribuan jenis tanaman di seluruh Indonesia ini yang berkhasiat. Tuhan menciptakan kekayaan alam Indonesia ini untuk disyukuri dan diberdayakan. Jelas sekali Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa dan beragam kebudayaannya, juga beragam tanaman tradisionalnya yang tumbuh subur dari Sabang sampai Papua. Inilah kenapa Jamu Indonesia harus dilestarikan. Karena Indonesia kaya sekali dengan aneka ribuan jenis tumbuhan herbal yang sudah turun temurun digunakan untuk mengobati aneka macam penyakit, dan berkhasiat untuk perawatan tubuh dan berguna pada kehidupan kita.
Membuat Jamu Sendiri?
Tidak menutup kemungkinan kita meracik dan membuat jamu sendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika membuat jamu adalah:
- Cari informasi mengenai khasiat jamu yang kita konsumsi baik melalui buku, internet, maupun bertanya kepada ahli herbal.
- Pelajari tentang cara menggunakan ramuan tersebut, apakah harus dioles (obat luar) atau diminum.
- Pelajari tentang cara mebuatnya, apakah ditumbuk kemudian diperas, direbus, atau langsung dikunyah, dll. Jika memang harus direbus, gunakan panci dari gerabah (yang terbuat dari tanah liat), karena memasak jamu di panci aluminium bisa mengakibatkan keracunan.
- Yang tidak kalah penting adalah mencuci bersih semua bahan yang mau dibuat jamu.
Jamu Gendong, Jamu Seduh atau Jamu Ekstrak?
Jamu Gendong
Aktifitas penjualan jamu itu sendiri bisa dimulai dari penjual jamu gendong yang biasanya dijajakan keliling kampung dan perumahan. Yang dijual juga beragam jamu mulai jamu pahitan seperti jamu sirih, cabe puyang, dll, sampai jamu seger seperti beras kencur dan kunyit asam.
Yang harus diperhatikan ketika mau mengonsumsi jamu gendong adalah,
- Kebersihan botol dan gelasnya.
- Airnya harus dipastikan air matang (jangan segan untuk bertanya sama penjualnya)
- Pemanis yang digunakan bukan pemanis buatan. Pemanis yang aman dipakai untuk jamu adalah gula jawa, gula pasir, atau madu.
- Jangan lupa memerhatikan kebersihan penjualnya (ini penting juga lho).
Jamu Seduh
Selain jamu gendong, jamu juga sudah diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar, seperti PT Njonja Meneer, PT Jamu Air Mancur, PT Jamu Iboe Jaya, PT Sido Muncul yang ada di Indonesia. Jamu akhirnya diproduksi dalam bentuk ekstrak dan dikemas dalam kemasan sachet yang cara penggunaannya biasanya hanya cukup diseduh dengan air panas saja. Praktis ya? Tapi rasanya tetep pahit lho. Biasanya untuk mengurangi rasa pahitnya cukup tambahkan madu saja. Kadang ada juga yang menambahkan telur ayam kampung di dalamnya.
Jamu seperti ini biasanya dijual di kios-kios jamu yang banyak bertebaran di berbagai tempat. Di Tulungagung sendiri banyak sekali kios jamu seperti ini. Kalau di kios penjual jamu seduh, saya melihat biasanya diberi segelas kecil sirup plus 1 buah permen sebagai penawar pahitnya. Mungkin karena jamunya sangat pahit ya.
Selain di kios jamu, kita juga bisa bikin sendiri kok. Hanya tinggal diseduh pakai air hangat saja, selesai.
Tapi ada juga jamu sachet yang tidak pahit, seperti ekstrak jahe, ekstrak kunyit asam, ekstrak beras kencur. Cara membuatnya juga praktis, tinggal diseduh saja. Bagi saya ini adalah jamu yang menyegarkan dan enak rasanya.
Selain jamu serbuk, ada pula minuman jamu yang dikemas dalam kemasan kotak karton. Seperti jamu kunyit asam, beras kencur, dan sinom. Cukup praktis ya, tinggal minum saja, tetapi harus tetap hati-hati karena kalau sudah dikemas seperti itu biasanya ditambahkan bahan pengawet di dalamnya. Sebelum mengonsumsi perhatikan dengan cermat komposisi bahan-bahan yang digunakan.
Selain jamu serbuk, ada pula minuman jamu yang dikemas dalam kemasan kotak karton. Seperti jamu kunyit asam, beras kencur, dan sinom. Cukup praktis ya, tinggal minum saja, tetapi harus tetap hati-hati karena kalau sudah dikemas seperti itu biasanya ditambahkan bahan pengawet di dalamnya. Sebelum mengonsumsi perhatikan dengan cermat komposisi bahan-bahan yang digunakan.
Jamu Ekstrak yang Praktis
Bagi yang tidak suka pahit-pahit tidak perlu khawatir ya. Karena di era modern ini, sudah banyak jamu yang diekstrak kemudian disajikan dalam bentuk tablet, kaplet atau kapsul. Praktis kan? Tinggal ditelan saja dan tentunya rasa pahitnya tidak begitu terasa.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengonsumsi jamu yang sudah diekstrak menjadi kemasan sachet, dikemas dalam botol/kotak karton, atau disajikan dalam bentuk tablet, kaplet atau kapsul, antara lain adalah:
- Perhatikan dengan cermat tanggal kadaluarsanya, jangan sampai maunya pengin sembuh, malah jadi keracunan.
- Jika teksture jamu serbuk sudah menggumpal meskipun belum kadaluarsa sebaiknya tidak digunakan, karena tentu saja kualitas jamunya juga sudah berkurang.
- Pastikan kemasan masih tertutup rapat dan tidak rusak, hal ini untuk menjamin isinya masih bagus.
- Untuk minuman jamu kemasan kotak karton, pastikan kotaknya tidak kembung.
- Jika kemasan baik tetapi rasanya sudah berubah lebih baik jangan dilanjutkan meminumnya.
- Perhatikan dan baca dengan baik cara pemakaian dan khasiatnya.
- Perhatikan dengan cermat komposi bahan-bahan yang digunakan.
Jamu atau Obat Kimia?
Masalah pemakaian jamu atau obat kimia untuk pengobatan, semua kembali pada pribadi masing-masing. Berbagai macam hal seperti efek samping yang sangat merugikan dari bahan kimia yang terus menerus masuk ke tubuh, membuat beberapa orang beralih pada pengobatan herbal. Yang membuat orang malas berobat herbal biasanya karena efeknya yang agak lama (jika dibanding dengan obat kimia).
Sebenarnya lebih menguntungkan menggunakan jamu/herbal daripada obat kimia, karena menurut beberapa penelitian penggunaan jamu ini tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Itu sedikit ulasan saya tentang jamu. Jamu adalah warisan budaya dari leluhur kita untuk tetap dilestarikan. Apalagi jamu sudah diusulkan sebagai Warisan Budaya Dunia kepada Lembaga Kebudayaan PBB, UNESCO. Sebagai bahan referensi marilah kita baca tulisan dari Bapak Jaya Suprana di Koran Kompas 29 Maret 2013 tentang "Jamu Sebagai Warisan Kebudayaan Dunia" yang bisa dibaca di sini . Menurut Beliau, tentu saja perjalanan dan perjuangan ini masih sangat panjang. Dan hal ini bisa dicapai dengan kerjasama berbagai pihak antara lain pengusaha jamu, para dokter dan apoteker, serta para cendekiawan dan budayawan. Yang pada tujuan akhirnya jamu bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Saya juga sangat salut kepada Pusat Studi Biofarmaka (PSB LPPM-IPB) yang terus mengembangkan penelitian tentang khasiat tanaman jamu yang ada di Indonesia. Semoga berkembang terus dan semakin banyak masyarakat yang mengetahui manfaat dan khasiat tanaman jamu Indonesia ini. Harapan saya semakin banyak generasi muda yang mau meneruskan melestarikan warisan budaya ini agar tidak punah dimakan jaman dan nantinya malah diakui oleh Negara lain sebagai warisan budaya leluhur mereka.
Sebenarnya lebih menguntungkan menggunakan jamu/herbal daripada obat kimia, karena menurut beberapa penelitian penggunaan jamu ini tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Itu sedikit ulasan saya tentang jamu. Jamu adalah warisan budaya dari leluhur kita untuk tetap dilestarikan. Apalagi jamu sudah diusulkan sebagai Warisan Budaya Dunia kepada Lembaga Kebudayaan PBB, UNESCO. Sebagai bahan referensi marilah kita baca tulisan dari Bapak Jaya Suprana di Koran Kompas 29 Maret 2013 tentang "Jamu Sebagai Warisan Kebudayaan Dunia" yang bisa dibaca di sini . Menurut Beliau, tentu saja perjalanan dan perjuangan ini masih sangat panjang. Dan hal ini bisa dicapai dengan kerjasama berbagai pihak antara lain pengusaha jamu, para dokter dan apoteker, serta para cendekiawan dan budayawan. Yang pada tujuan akhirnya jamu bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Saya juga sangat salut kepada Pusat Studi Biofarmaka (PSB LPPM-IPB) yang terus mengembangkan penelitian tentang khasiat tanaman jamu yang ada di Indonesia. Semoga berkembang terus dan semakin banyak masyarakat yang mengetahui manfaat dan khasiat tanaman jamu Indonesia ini. Harapan saya semakin banyak generasi muda yang mau meneruskan melestarikan warisan budaya ini agar tidak punah dimakan jaman dan nantinya malah diakui oleh Negara lain sebagai warisan budaya leluhur mereka.
Hidup jamu Indonesia!!!
*****
Tulisan ini diikutsertakan dalam "LOMBA PENULISAN ARTIKEL JAMU DI BLOG yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB pada kegiatan dies natalis PSB ke-16"
*****
Sumber:
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-info/501-info-jamu-as-world-cultural-heritage-2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Jamu
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Perusahaan_jamu
*****