Thursday 29 May 2014

Pantai Popoh, Potensi Wisata Kabupaten Tulungagung Jawa Timur

Tulungagung adalah sebuah kabupaten di propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan pesisir pulau Jawa. Karena lokasinya yang strategis di tepi Samudera Hindia, Tulungagung mempunyai banyak pantai indah yang bisa dikunjungi dan menjadi obyek wisata. Salah satu obyek wisata andalan kabupaten Tulungagung adalah Pantai Popoh yang terletak di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kuranglebih 30 km ke arah selatan dari pusat kota Tulungagung.

Peta Kabupaten Tulungagung
Sumber : disini
Dari kota Tulungagung ke Pantai Popoh bisa ditempuh dengan sepeda motor atau kendaraan pribadi. Sepanjang jalan sudah beraspal mulus, memudahkan kita untuk menuju ke lokasi. Meskipun ketika mendekati lokasi ada beberapa ruas jalan yang berlobang di sana-sini menunggu sentuhan pemerintah daerah untuk segera diperbaiki, namun secara umum jalannya sudah bagus.

Untuk menuju Pantai Popoh kita melewati beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan Besuki. Di sepanjang jalan Kecamatan Boyolangu pemandangan rumah penduduk, sawah, pasar dan beberapa sekolah. Tidak kalah menariknya ada Gunung Budheg yang konon berdasarkan legenda Kabupaten Tulungagung adalah penjelmaan Joko Bodho yang dikutuk ibunya menjadi batu besar karena ketika dipanggil oleh sang ibu berulangkali tidak menjawab. Saat itu Joko Bodho melaksanakan tapa bisu selama 40 hari yang merupakan syarat untuk mendapatkan cinta seorang putri yang bernama Rara Ringgit. Oleh mahasiswa ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dibuatkan topi dari anyaman bambu yang dinamai cikrak raksasa, karena ukurannya yang besar, yang diletakkan di atas kepala Sang Joko Bodho. Sehingga jika dilihat dari kejauhan terlihat seperti seorang yang duduk bertopikan cikrak.

Selanjutnya memasuki kecamatan Campurdarat dan kecamatan Besuki yang merupakan penghasil kerajinan batu onix atau marmer. Di sepanjang jalan desa Gamping, kecamatan Campurdarat banyak etalase di depan rumah penduduk yang memajang aneka kerajinan marmer, mulai dari hiasan-hiasan seperti: bulatan berbentuk telur, vas bunga, kap lampu sampai meja marmer berbagai ukuran. Kerajinan marmer ini sudah dikirim keluar pulau bahkan keluar negeri.

Sejurus kemudian pemandangan berganti dengan pegunungan kapur. Rumah penduduk semakin jarang dan pemandangan berganti hutan di sebelah kanan dan kiri jalan. Layaknya jalan menuju ke pantai, yang berkelok naik turun, akhirnya tibalah kita di Pantai Popoh. Di jalan masuk ada gapura bertuliskan Pantai Indah Popoh.

Setelah membayar retribusi masuk lokasi dan membayar parkir, kita bisa menikmati pemandangan di sekitar. Di dekat pintu masuk ada bangunan berbentuk joglo atau pendapa agung. Bangunan besar tanpa pintu ini biasanya dipakai para pengunjung untuk beristirahat atau sekedar menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Tetapi bagi Anda yang tidak membawa bekal tidak perlu khawatir karena di sini tersedia berbagai macam warung dan rumah makan.

Di Pantai Popoh ini juga sering diadakan berbagai macam pertunjukan seni budaya dan hiburan, seperti wayang kulit, jaranan, musik dangdut dan acara-acara yang digelar oleh masyarakat umum seperti resepsi dan seminar. Setiap minggu kedua bulan Suro (Muharram) di Pantai Popoh juga diselenggarakan upacara adat Labuh Sembonyo yaitu serangkaian upacara adat yang ditujukan kepada Ratu Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan.

Di sini juga banyak kios yang menjual aneka macam souvenir seperti: kerajinan perahu yang terbuat dari kayu dan bambu, aneka hiasan dari kerang, baju, topi, dan lain-lain. Ada juga kios penjual ikan asap, kalau pintar menawar pasti mendapat harga yang lumayan miring jika dibandingkan dengan harga normal di pasar tradisional.

Anak-anakpun bisa berfoto dengan aneka patung hewan yang dipajang di sana. Bahkan ada beberapa hewan seperti monyet dan burung yang juga sengaja dipelihara dan diletakkan di dalam kerangkeng. Ada juga mainan sederhana seperti ayunan dan jungkat-jungkit. 


Nah, saatnya kita menikmati pemandangan laut Pantai Popoh.
Pantai Popoh berbentuk teluk, yaitu laut yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Pantai Popoh berada di ujung timur Pegunungan Kidul. Karena berbentuk teluk itulah membuat air laut di Pantai Popoh cukup tenang, sehingga dimanfaatkan untuk berlabuh perahu para nelayan. Angin lautnya juga tidak begitu kuat. Para pengunjungpun akan merasa nyaman berendam dan bermain air sambil menikmati indahnya pemandangan gunung sejauh mata memandang. Atau hanya sekedar mengobrol dan duduk-duduk di tepi pantai sambil menikmati desiran angin laut dan menikmati pemandangan pegunungan yang eksotik. Tempat ini benar-benar cocok untuk merefresh pikiran dari rutinitas sehari-sehari dan kejenuhan.

Pantai Popoh berbentuk teluk 
Perahu nelayan berlabuh
Pada hari libur besar, terutama saat libur lebaran bisa dipastikan Pantai Popoh dipadati oleh pengunjung. Anda tinggal memilih waktu yang tepat sesuai keinginan Anda.

Inilah salah satu wisata pantai yang ada di kabupaten Tulungagung yang harus dijaga dan dilestarikan. Mari kita ciptakan pantai yang bersih dan indah. Kalau ada waktu monggo silahkan mampir. 
Salam :)

Tulisan ini diikutsertakan dalam "Kontes Blog #3TahunWB - Warung Blogger Peduli Potensi Daerah


*****
Alhamdulillah dan Terimakasih Warung Blogger, tulisan ini menjadi pemenang 7-13. Sukses terus yaa :)



*****






Saturday 24 May 2014

The Liebster Award : Dariku Untukmu

Beberapa hari yang lalu ada yang colek saya di Facebook. Karena saya hanya buka dari BB jadi belum begitu ngeh maksud colekan tersebut. Ternyata saya ketiban sampur The Liebster Award

Apakah The Liebster Award itu?
Ternyata semacam surat berantai, tapi bukan surat kaleng ya dan tidak ada ancaman-ancaman jika kita tidak mau menyebarkannya. Jadi inget dulu waktu saya SMA, kurang lebih tahun 1988, begitu takutnya kalau dapat surat kaleng berantai. Takut sama ancaman-ancamannya itu lho, jika surat tidak diperbanyak dan disebarkan maka berbagai musibah akan datang, Naudzubillah. Kalau jaman sekarang BC berantai kali ya :D

Nah,The Liebster Award ini semacam surat berantai juga, tujuannya adalah untuk menjalin silaturahim antar blogger. Bisa juga disebut ngeblog berantai, dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Tentu saja efeknya positif banget. Makasih ya Mak Pipit Widia sudah memberikan mandat ini. Rasanya seneng banget karena jadi nambah teman dan tetunya menambah wawasan juga. 

Aturannya gampang kok, ikuti saja step-step di bawah ini:
1. Post award ke blog Anda.
2. Sampaikan terimakasih pada blogger yang mengenalkan pada award ini dan backlink ke blognya.
3. Share 11 hal tentang diri Anda.
4. Jawab 11 pertanyaan yang diberikan kepada Anda.
5. Pilih 11 blogger lainnya dan berikan mereka 11 pertanyaan yang Anda inginkan mereka jawab.

Step satu dan step dua done. Sekarang step tiga, saya akan share 11 hal tentang diri saya:
1. Saya seorang ibu dari 3 anak laki-laki super, dan seorang suami yang sangat cinta keluarga. Alhamdulillah :)

2. Saya dulunya karyawan fulltime, tapi sekarang saya menjadi pengajar part time di sebuah bimbel dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengerjakan bisnis online dan mengurus rumah tangga. Swear! Saya sangat menikmatinya :D

3. Saya sangat menyukai kejujuran. Saya paling tidak suka dibohongi. Apalagi saya denger langsung ada orang ngomongin saya di belakang saya.

4. Saya baru mengenal dunia online sejak tahun 2010. Sebelumnya saya gaptek berat, bahkan kirim email saja saya tidak bisa. *tutup mata pakai wajan hihi*

5. Saya sedikit tertutup, oleh karena itu saya tidak bisa curhat kepada sembarang orang.

6. Secara umum saya tidak suka olahraga. Alasannya sepele, capek, hehe. Tapi saya sangat menyukai berenang. Karena bisa lebih mengakrabkan saya dengan anak-anak dan berenang itu gak capek, tapi seger.

7. Kadang-kadang saya ceplas-ceplos kalau ngomong. Saya lebih suka tampilan yang apa adanya, tidak dibuat-buat.

8. Saya suka emosional, tetapi saya juga tidak suka mendendam. Cuma kadang-kadang aja dendamnya. *eh*

9. Saya suka kopi hitam.

10. Saya suka belajar dari oranglain. Tentunya belajar hal-hal yang baik-baik dan positif.

11. Saya suka menulis sejak SMP, tapi sebatas menulis diary yang ada gemboknya gitu. Saya sudah punya web tetapi untuk keperluan bisnis online saya namanya www.mamaku-pintar.com , tapi saya baru membuat blog pribadi untuk menambah teman dan wawasan baru di bulan April 2014, jadi blognya masih unyu-unyu yaa hehe.

Step empat, saya akan menjawab 11 pertanyaan dari Mak Pipit Widia. Ini jawaban jujur dari relung hati yang terdalam ya Mak ;)

1. Kota apa yang berkesan buat emaks? Kenapa?
Kota Denpasar. Karena disanalah saya pertama kali bertemu dengan suami saya.


2. Apa warna favorit emaks?
Biru.



3. Buku apa yang emaks sukai?

Saya suka buku apa saja Mak, terutama yang ada manfaatnya.


4. Manfaat ngeblog buat emaks apa sih?
Menambah teman dan wawasan.

5. Gambarkan tentang Capres ideal versi emaks untuk Indonesia dalam 3 kata.
Jujur, amanah, dan bertakwa.

6. Kejadian dodol apa yang nggak bisa dilupain?
Hmm apa ya Mak? Eh kok malah nanya balik, hihi.
Saya pernah dengan sok akrabnya nyolek seorang ibu-ibu dari belakang yang saya yakini teman saya, ternyata saya salah sodara-sodara! Aih betapa malunya saya.

7. Siapa orang yang ingin emaks temui dalam waktu dekat ini?
Gak ada Mak.

8. Apa lagu favorit emaks? Kenapa?
So soon - Maher Zain
Karena lagu itu mengingatkan kita bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja.

9. Hal apa yang bikin emaks bete?
Jaringan internet yang super lelet.

10. Sebutkan makanan tradisional yang emaks sukai. Makanan tersebut dari daerah mana?
Lotek dari Jogjakarta.

11. Habis ini, emaks mau ngapain?
Mau cari 11 mangsa yang belum posting The Liebster Award, hihihi.

Step lima (terakhir), saya mau colek 11 orang blogger yang sudi menerima mandat estafet dari saya, antara lain:
2. Mak Noni Rosliyani 
8. Mak Rizqa Amalia 
10. Mak Ayati Fa 
11. Mak Delyanet Karmoni 

Daaann inilah 11 pertanyaan dari saya yang harus dijawab oleh Emak-emak Blogger yang sudah saya colek. Mohon maaf ya kalau ada pertanyaan yang harus mikir dulu saat menjawabnya :)

1. Hal apa yang membuat Anda sangat senang? Sebutkan 1 saja.
2. Hal apa yang membuat Anda sangat sedih? Sebutkan 1 saja.
3. Mengapa Anda suka menulis?
4. Sebutkan mimpi terbesar Anda. Boleh lebih dari satu.
5. Sebutkan sifat Anda yang paling Anda sukai. 3 saja ya, tidak usah banyak-banyak, hehe.
6. Jika Anda berkesempatan ke luar negeri, negara manakah yang paling ingin Anda kunjungi?
7. Minuman apa yang paling Anda sukai?
8. Apa yang Anda lakukan saat Anda sedih?
9. Apa yang pertama kali Anda lakukan saat Anda sampai di rumah dari bepergian?
10. Jika melihat langit di malam hari, apa yang paling menarik perhatian Anda?
11. Jika ada orang mau memberi Anda sebuah gadget. Apa gadget favorit Anda saat ini?

Aiiiihhh sudah lega akhirnya selesai jugaaaaaa :D
Inilah sedikit cerita The Liebster Award : Dariku Untukmu.
Semangat terus menulis :D

Thursday 15 May 2014

Manisan Buah Karika

Waktu itu lebaran tahun 2012. Kami sekeluarga berkunjung ke rumah Om dari pihak suami (adiknya Ibu Mertuaku) yang tinggal di daerah Bantul, Sleman, Jogjakarta.

Kami ngobrol kian kemari. Semua topik kita obrolin, dari topik tentang anak-cucu sampai cerita Om tentang masa-masa kejayaan beliau sebelum pensiun. Sepertinya cerita Om ini gak akan pernah berakhir, karena kalau Om sudah bercerita bisa dijamin super duper panjang. Saking panjangnya word count di ms-word aja pasti capek ngitungnya, hahaha.

Akhirnya datanglah sajian unik, karena aku baru pertama kali melihatnya. Semacam manisan buah yang disajikan di gelas. "Wah pasti segar ini" , pikirku. Apalagi cuaca yang sangat panas membuat tenggorokan kering dan penginnya selalu diisi minuman terus. 
Ini dia manisan si buah KARIKA
Tara!!!! Ternyata kudapan segar itu namanya "MANISAN BUAH KARIKA". Cara masaknyapun cukup sederhana saja, tinggal dikupas, dipotong-potong dan dicuci bersih, kemudian direbus pakai air gula.

Ternyata buah karika ini banyak terdapat di Dataran Tinggi Dieng, nama lainnya adalah Pepaya Gunung. Dan ternyata di swalayan-swalayan juga sudah banyak tersedia manisan buah karika yang siap santap. Yuk sahabat, tidak ada ruginya ya mencoba kudapan yang satu ini.








Wednesday 14 May 2014

Cinta Tak Bersyarat, Itulah Kasih Ibu

Di umurnya yang menginjak 63 tahun ini, terlihat guratan-guratan halus di wajahnya. Meskipun tidak banyak uban menghiasi rambutnya , tetapi fisik beliau gampang sekali lemah. mungkin karena usia yang sudah memakan waktu. Sakit batuk saja sembuhnya bisa berhari-hari. Ya, itulah ibuku, seorang wanita yang sederhana, tanpa pamrih, pendiam, nrimo (pasrah) , gemi (hemat), setiti (teliti).

Acara Sungkeman
Ibuku adalah seorang pensiunan guru SD. Beliau purna tugas saat berusia 60 tahun, tepatnya tahun 2011 kemarin. Beliau lahir tanggal 17 Agustus, bangga ya bisa berultah bareng hari kemerdekaan Indonesia. Tapi jujur sampai sekarang ibuku belum pernah dapat hadiah apapun berkaitan dengan tanggal lahirnya.

Ibuku adalah sosok sederhana yang ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Dengan segala keterbatasannya, Ibu bertekad kami semua harus menjadi sarjana. Kata Ibu, "Ibu tidak bisa memberikan bekal dalam bentuk harta, tapi Ibu hanya bisa membekali kalian dengan ilmu."
Benar memang kata Ibu, harta bisa habis tetapi ilmu yang manfaat akan berkah di dunia dan akhirat.

Aku ingat sekali saat aku kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, ibuku mengerjakan usaha sambilan menerima pesanan kue selain profesinya sebagai guru SD tetap dijalaninya dengan baik. Padahal Bapakku juga seorang PNS yang bekerja di Dinas Pekerjaan Umum. Mungkin gaji PNS pada saat itu tidak sebesar gaji PNS pada masa sekarang. Sehingga Ibu masih harus mencari tambahan sana-sini agar anak-anaknya bisa mengenyam bangku kuliahan. Alhamdulillah 2 tahun sebelum pensiun Ibuku sudah lulus sertifikasi.

Sejak kecil memang aku tidak begitu dekat dengan ibuku. Meskipun kami tinggal serumah jarang sekali aku ngobrol dengan beliau. Hal ini disebabkan ibuku memang sosok pendiam. Ibuku jarang sekali bicara, bahkan di lingkungan tempat mengajarnyapun ibuku terkenal sangat pendiam. Tetapi anehnya sifat ini tidak menurun kepadaku, karena aku cenderung cerewet dan ceplas-ceplos. Ah, tapi kadang-kadang aku juga pendiam kok, di foto, hahaha. Karena sifat pendiamnya itulah ibuku jadi sedikit tertutup. Tapi ya itulah sisi lain dari ibuku, akhirnya akupun memahami kalau memang itu sudah menjadi karakter ibuku dan sulit untuk diubah.

Hal yang paling berkesan dan selalu kuingat adalah kehadiran ibuku saat aku melahirkan. Setiap Ibu mendengar kabar aku melahirkan, ibuku selalu hadir di sisiku. Padahal domisili-ku selalu di luar kota bahkan ketika kami masih tinggal di luar pulau. Pernah ibuku datang masih mengenakan seragam mengajarnya, padahal jarak rumahku dan rumah ibuku harus ditempuh dengan bus selama 3-4 jam. Saat di meja tindakan aku selalu ingat ibuku, betapa beliau dulu juga merasakan sakit seperti yang aku rasakan saat mau melahirkan. Yang terucap dari mulutku hanya kalimat istighfar dan kata-kata, "Ibu, maafkan aku yang sering membuatmu sedih." Apalagi menurut cerita nenekku, aku dulu dilahirkan saat bencana banjir. 

Sekarang ibuku tinggal menikmati masa tuanya dan masih menunggu waiting list naik haji tahun 2019, insyaAllah. Sampai setua ini beliau tetap pendiam. Dan di dalam diamnya tersimpan cinta yang sangat luar biasa kepada suami, anak cucu, dan keluarganya. Dari Ibu aku belajar bahwa terkadang ada sesuatu yang tidak perlu diucapkan. Aku belajar lebih baik memberi daripada meminta. Aku juga belajar ikhlas dan sabar, karena kelak rencana Allah-lah yang paling indah.

Terimakasih Ibu, Engkaulah CINTA MONUMENTALKU, karena cintamu tanpa syarat. Semoga Kau selalu diberi kesehatan, umur panjang, kebahagiaan, dan kedamaian di masa tuamu ini. Maafkan kami anak-anak Ibu yang belum bisa sepenuhnya membahagiakan Ibu. Tapi kami selalu berdoa untuk Ibu. We love you, Ibu :*
***
Jumlah kata: 538

Monday 12 May 2014

Cerita Hape Pertamaku : Nokia 5110

Cerita tentang sesuatu yang pertama itu selalu mengesankan ya. Kali ini aku mau cerita tentang hape pertamaku, Nokia 5110.

Saat itu tahun 1998. Waktu itu aku masih bekerja menjadi pengajar tetap di sebuah Bimbingan Belajar di kota Denpasar, Bali. Di kantor, aku punya teman yang memang maniak gadget. Setiap ada yang baru dia pasti berusaha beli. Nah dia beli Nokia 5110 ini, gres masih pakai segel dan kartu garansi. Tidak tahu kenapa beberapa hari kemudian dia pengen ganti hape merk lain. Demi memuaskan hawa nafsunya itu, akhirnya dia merayu aku untuk membeli Nokia 5110 miliknya. Saat itu dia beli Nokia 5110 dengan harga 1,5 juta rupiah (kalau gak salah yaa, sudah lama banget sih soalnya, hihihi). Akhirnya deal aku beli seharga 900 ribu rupiah saja. Lumayan, akhirnya aku punya hape juga. Hape pertamaku, meskipun second tapi khan masih baru juga hitungannya. Baru dipakai orang lain maksudnya :p

Nokia 5110
Sumber : Disini
Fungsi hape-ku saat itu hanya untuk menelepon dan sms saja. Teman-temanku tidak banyak yang bawa hape. Jadi lebih sering dipakai telepon daripada untuk sms. Padahal kirim message via sms pada saat itu bisa dibilang keren banget lho. Kan bisa bales-balesan, kayak chatting gitu pada jaman sekarang. Karena pada saat itu juga ada gadget yang lagi ngetrend namanya pager. Bentuknya kotak sebesar genggaman orang dewasa, biasanya diselipin di ikat pinggang. Yang bikin kurang menarik alat ini hanya merupakan komunikasi searah. Kalau mau mengirim pesan harus telepon operator dulu. Super ribet menurutku.

Layar Nokia 5110 ini masih hitam putih lho. Fiturnya juga masih sangat sederhana. Beratnya hampir 2 ons. Boro-boro mau browsing atau chatting, browser-nya saja tidak ada. Kamera juga tidak ada. Jadi tidak bisa selfie apalagi mau narsis pakai tongsis. Nada deringnya pun juga masih monophonic.

Tapi yang membuat aku bangga menenteng Nokia 5110 saat itu adalah hapenya gaul abis karena casing-nya bisa diganti-ganti, warna-warni pula. Dan ada game-nya juga lho, lumayan dimainin saat galau. Namanya Snake. Game ini fiturnya sederhana banget, tapi lumayan keren pada jamannya. Seingatku semakin tinggi levelnya semakin panjang ularnya. Dan si ular gak boleh nabrak tembok penghalang yang ada dimana-mana. Kalau si ular makan buah yang muncul di layar maka score-nya juga akan bertambah.

Casing Nokia 5110 yang sangat mudah diganti-ganti
Sumber : Disini

Snake Game
Sumber : Disini
Pada saat itu membeli kartu perdana untuk hape masih dibatasi, harganya pun relatif mahal dan pada saat membelinya harus bawa KTP berikut hape-nya. Seratus ribu rupiah untuk sebuah kartu perdana simpati. Pulsa isi ulangpun minimal limapuluh ribu rupiah. Pakai sistem roaming lagi. Haduh, kalo dipikir-pikir tekor juga. Suatu saat aku mudik ke kotaku di Tulungagung, dengan hanya melakukan panggilan ke telepon rumah minta dijemput di terminal saja pulsaku sudah berkurang sepuluh ribu. Padahal hanya kupakai beberapa detik saja, tidak sampai satu menit. Karena kartunya Denpasar, dipakai di Tulungagung, kena biaya roaming jadinya. Komunikasi dengan keluarga di Tulungagung malah kupakai wartel, karena ngobrolnya bisa lebih lama, lebih santai, dan lebih murah tentunya.

Berbahagialah kita yang hidup di era sekarang. Pulsa tidak mahal, aplikasinya bermacam-macam, game-nya keren-keren, semakin tipis dan ringan. Tapi sampai sekarangpun aku masih bangga kalau aku pernah memiliki hape Nokia 5110, hape sejuta umat, hape terkeren pada masanya. Bisa diceritain ke anak cucu lagi.

Ini cerita hape pertamaku. Yuk ceritakan hape pertamamu.
***


Saturday 10 May 2014

Pemandangan di Kaki Gunung Lawu

"Ma, yuk ke Jogja naik motor", terdengar suara suamiku dari speaker handphone-ku.
"Hah?! Ke Jogja naik motor?", jawabku agak terkaget-kaget.
"Aku kangen Ibu. Kalau gak mau, ya gak papa, nanti aku berangkat sendiri aja...", begitu kata suamiku.
Antara percaya atau tidak, aku masih sibuk dengan angan-anganku sendiri.
***
Itulah sepenggal pembicaraanku dengan suamiku beberapa waktu yang lalu.

Ke Jogja? Kenapa tidak?
Terus terang hatiku seneng banget, karena Jogja bagaikan rumah keduaku. Ibu mertuaku tinggal di Gamping Kidul, Sleman. Minimal setahun sekali kami sekeluarga selalu berkunjung ke Jogja untuk bersilaturahim dan melepas rindu. Selain Ibuku, kakak dan adik ipar juga tinggal di Jogja. Jadi ketika suamiku mengajak ke Jogja langsung berbinar-binarlah mataku seperti spongebob..hehe. Kumpul-kumpul, cerita-cerita, makan-makan, ketemu saudara dan kerabat, pasti menyenangkan.

Tapi ... kali ini naik motor?
Pertanyaan ini selalu terngiang-ngiang di telingaku dan bergumul di benakku.
"Apa aku kuat?"
"Nanti pantatku kesemutan gak?"
"Apa aku kuat duduk berlama-lama di jok motor?" (bayangin  7-8 jam duduk terus, apa pantat ini gak tebel...wkwk)
"Kuat gak ya?"
"Nanti masuk angin gak ya?"
Berbagai macam keraguan berkecamuk di kepalaku. Mengingat usia kami sudah bukan usia muda lagi. Sulung kami sudah sekolah SMP, sudah Abegeh :p

Biasanya kalau pergi ke Jogja kami bawa mobil atau naik kereta api, karena Tulungagung-Jogja itu jaraknya kurang lebih  251 km. Anak-anak juga lebih enjoy dalam perjalanan, beda kalau naik bus. Biasanya kalau naik mobil perjalanan kami tempuh dalam waktu 6-7 jam. Tapi pernah juga kami tempuh 12 jam perjalanan karena efek macet saat mudik lebaran.

Akhirnya entah ada angin darimana (ciee...) atau aku mungkin sudah mendapat hidayah , aku setuju kalo aku dan suamiku berangkat ke Jogja hanya berdua, tanpa anak-anak, dengan berkendara motor Tiger kesayangan suamiku. Dan Alhamdulillah ternyata perjalanan yang kami sebut touring with tigy ini benar-benar pengalaman yang amazing. Karena ini juga merupakan hadiah ulang tahun-ku di bulan Januari 2014 kemarin. Yeayyy ... akhirnya kami tidak sabar lagi menunggu waktu yang sudah ditentukan.
Tigy adalah sebutan untuk sepeda motor Honda Tiger milik suamiku.
***
Tibalah saatnya waktu yang dinanti-nantikan. Touring with Tigy dimulai.
Anak-anak dititipkan kepada nenek dan tantenya (baca= ibuku dan adikku). Sebenarnya ada perasaan agak berat ya, pergi berdua saja tanpa anak-anak. Karena di usia pernikahan kami yang ke-13 tahun ini, kami hampir tidak pernah pergi tanpa anak-anak. Minimal salah satu dari mereka pasti ikut. Tapi suamiku meyakinkan, "sudahlah..ndak papa, kita pergi kan cuma sebentar"

Oke baiklah. Akhirnya dengan berbekal seminim mungkin kami berdua berangkat menuju Jogjakarta. Karena kami naik motor, maka perlengkapan seperti jas hujan, obat-obatan, keperluan sholat tidak lupa nangkring di bagasi motor portable yang dipasang di jok belakang. 
Penampakan Kami Berdua Saat Berangkat
Rute yang kami pilih adalah jalur Tulungagung-Kediri-Madiun-Magetan-Karanganyar-Surakarta-Klaten-Jogjakarta. Jalur ini baru pertama kali kami lalui. Menurut suami lebih dekat kalau pakai motor. Ini suami juga dapat informasi dari temannya. Jadi masih belum bisa dibuktikan kebenarannya, hahaha. 

Biasanya kami melewati Sragen,yaitu jalur bus Surabaya-Jogjakarta, dimana jalannya cenderung mulus karena jalur antar kota antar propinsi. Dan dijamin tidak akan tersesat.

Sumber Foto: di sini
Perjalanan Tulungagung-Kediri kami lalui dengan lancar.Di daerah Mojo-Kediri sempat ada operasi satlantas. 
Pak Polisinya sempat bertanya, "Mau kemana ini Pak"
"Ke Jogja, Pak", jawab suamiku. 
Kelihatan Pak Polisinya agak tidak percaya. "Wah, jauh juga ya? Semoga Ibu tidak capek. Selamat jalan, Pak"
Mungkin beliau meragukan aku kali yaa, hihi. Aku dengan badanku yang lumayan jumbo bersepeda motor ria ke Jogjakarta yang jaraknya ratusan kilometer :p

Akhirnya setelah menempuh waktu kurang lebih 2 jam, kami rehat sebentar di POM Bensin di daerah Nganjuk. Kami melaksanakan ibadah sholat dulu karena sudah masuk waktu dhuhur. Kebetulan ada tukang bakso juga yang jualan di situ. Lumayan semangkuk bakso mengganjal perut kami untuk sekedar makan siang. Tidak lupa telepon anak-anak. Baru beberapa jam rasanya sudah kangen, hiks.

Perjalanan lanjut ke arah Madiun. Mulai masuk kota Madiun perjalanan kami dihiasi hujan. Terpaksa kami berteduh sebentar untuk memakai jas hujan, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali. Tetapi tidak berapa lama hujan reda, sehingga kami kembali berhenti untuk melepas jas hujan. Masuk perbatasan Madiun-Magetan kembali hujan mengguyur kami berdua. Akhirnya kami putuskan untuk memakai jas hujan terus saja. Capek rasanya berhenti hanya untuk memakai dan melepas jas hujan.

Sepanjang perjalanan kami nikmati dengan riang. Sama sekali tidak ada perasaan sengsara, atau bahkan mengeluh. Sedikitpun tidak ada rasa itu. Hal ini mungkin disebabkan kami boncengan motor berdua ya? Jadi seperti orang pacaran saja, hehehe.
Kami ngobrol sepanjang jalan dengan sedikit mengurangi kecepatan. Atau ketika suami bilang, "pegangan....!". Ini sinyal kalau suami mau fokus mengendalikan Tigy-nya dengan tentu saja menambah kecepatan. Kalau sudah begini saya hanya bisa pegangan kuat, sambil mulut saya tidak berhenti berdoa. Swear! Saya benar-benar takut kalau sudah begini. Tapi Alhamdulillah suasana seperti ini tidak terus-terusan. Bisa mati kaku sayahhh..wkwkwk.

Akhirnya kami masuk kota Magetan. Ini kali pertama saya menginjakkan kaki, eh menginjakkan roda motor, di kota Magetan. Ternyata kotanya ramai juga. Menurut saya hampir sama dengan kota Malang. Apalagi saat itu hujan mengguyur tiada hentinya. Jadi seperti di kota Batu-Malang. Hawanya sejuk dingin.
Dengan bekal bertanya kepada seorang bapak yang ketemu saat berhenti di lampu merah, bapak itu memberi petunjuk kemana arah yang harus kami tempuh kalau mau ke Jogja. Bapak itu bilang ke suami saya, "Jalannya sudah bagus kok pak, jalan baru."
"Alhamdulillah", pikirku. Karena aku sudah takut duluan. Jangan-jangan nanti jalannya makadam, berkelak-kelok naik turun, melewati hutan. Ih, serem yaaa....apalagi pas hujan gini.

Ketika lampu menyala hijau, suamiku langsung tancap gas ke arah jalan yang diberitahu oleh bapak yang baik hati tadi, tentu saja kami tidak lupa mengucapkan terimakasih dan say goodbye. Halah :p

Benar memang apa yang dikatakan bapak tadi. Sepanjang jalan berkelak-kelok menanjak, jalannya masih halus mulus, sepertinya memang baru saja diperbaiki.
Semakin ke atas udara semakin dingin, apalagi ditambah hujan yang terus mengguyur. Dan kabut semakin lama semakin tebal. Menurut perasaanku, pasti kita sedang menuju ketinggian.

Perasaanku tidak salah, ternyata memang kami sedang melewati jalur kaki Gunung Lawu tempat Telaga Sarangan berada. Sepanjang jalan pemandangannya sangat indah. Kami bisa melihat sawah dan beberapa rumah penduduk di pinggir jalan. Semakin lama rumahnya semakin sedikit, karena semakin lama kami sudah berada di sebuah ketinggian. Kami juga bisa menikmati pemandangan di bawah sana, rumah-rumah yang terlihat kecil karena kami melihatnya dari atas. Seakan-akan kami menembus awan. Benar-benar luar biasa!

Akhirnya kami sampai pada suatu tempat yang menurut kami cocok untuk berhenti sejenak untuk sekedar berfoto, makan snack dan minum.
Sejenak Menikmati Pemandangan

Telaga Sarangan Kelihatan Kecil Tampak dari Kejauhan


Pemandangan Jalan yang Berkelok

Jalan Menuju Telaga Sarangan
Di sepanjang jalan kami ternyata tidak sendirian. Begitu banyak anak muda juga bersepeda motor. Ada yang berkendara sendiri, ada yang boncengan. Tetapi kebanyakan dari mereka bersimpangan dengan kami. Itu artinya mereka mungkin sudah naik dari tadi pagi dan sekarang sudah waktunya pulang. Dan itu juga berarti semakin ke atas semakin sepi dung. Padahal kami masih harus naik lagi sedikit, kemudian jalan akan menurun dan berkelok untuk menuju Karanganyar melewati Tawangmangu.

Benar juga. Mungkin karena waktu yang sudah sore dan cuaca sedikit gerimis, tidak banyak kendaraan yang searah dengan kami. Akhirnya kami sampai di persimpangan jalan, jika belok ke kiri menuju Telaga Sarangan, jika terus/naik menuju Tawangmangu. Kami terus naik karena mau ke Karanganyar.

Jalan yang kami lewati tidak semulus tadi. Banyak lubang di sana-sini sehingga suami harus mengurangi kecepatan motornya. Pemandangan di sisi jalan hanya hutan dengan pohon dan batu-batu besar yang umurnya sudah tua, membuat hati ini agak merinding. Akan tetapi tetap indah dipandang sambil kami ngobrol sepanjang jalan.



Akhirnya kami sampai di tanjakan tertinggi, karena memang sudah tidak ada jalan naik lagi.
Di pinggir jalan banyak kedai kecil yang menjual aneka makanan dan minuman. Sekali lagi capek kami terbayarkan dengan 2 cangkir kopi panas dan jagung bakar yang masih panas juga. Sekali lagi aku berdecak kagum, sambil menikmati hangatnya kopi dan makan jagung bakar - lagi-lagi - kami bisa menikmati pemandangan yang indah.



Cukup sudah sepenggal cerita perjalanan 123km pertama saya naik motor bersama suami. Pengalaman dan pemandangan yang tidak bisa terlupakan. Terimakasih untuk hadiah ulang tahun yang sangat berkesan ini. Meskipun kami masih harus menempuh jarak 128km lagi ke Jogja, rasanya tempat inilah yang menjadi kesan dari perjalanan kami.

Suatu saat kami akan kembali lagi ke tempat ini, tentu saja bersama anak-anak. Dan mungkin tidak mengendarai motor lagi.
***
"A Place to Remember Give Away"