Tuesday 28 April 2015

[Resensi Buku] Rahasia Hati Suami

Buku ini adalah hadiah yang saya dapat dari sebuah Giveaway "Rahasia Hati Suami" yang diadakan oleh Mbak Rina dari penerbit LovRinz, yang saya tulis di sini.

Judul buku : Rahasia Hati Suami
Penulis : Safar Ubaknomminakbai
Penerbit : LovRinz Publishing
Tahun terbit : 2015ISBN 978-602-72035-6-3
Ketebalan: xxiv + 296 halaman

Buku ini terinspirasi dari buku-buku karangan Mbak Asma Nadia yang banyak mengulas tentang wanita atau seorang istri, dan juga tayangan-tayangan di televisi yang banyak mengangkat cerita tentang rasa hati para wanita.

Menurut saya buku ini tidak hanya wajib dibaca para istri saja, namun para suami pun wajib membacanya. Karena yang diulas tidak melulu rahasia suami saja, melainkan rahasia istri juga. Dan pada hakekatnya rahasia mereka itu sama saja, hanya bedanya para suami ini lebih mengedepankan logikanya daripada perasaannya.

Buku ini mengupas tuntas 9 rahasia suami plus 8 buah Kisah Para Suami Pecinta Istri yang sangat menginspirasi.

Gaya penulisan yang santai, diharapkan mengena di hati pembacanya. Di dalam buku ini banyak ditampilkan kisah nyata sebagai penunjang yang semakin membuat greget pembacanya. Dan ketika lembar demi lembar saya baca, tidak jarang saya meneteskan air mata karena terharu, kepala saya pun manggut-manggut tanda setuju dengan argumen penulis, bahkan terkadang saya tertawa sendirian karena ada selipan cerita lucu di dalamnya.

Hal xix
"Bi, boleh nggak, Nay minta hadiah pernikahannya buku?", ungkap istriku waktu itu. Aku mengangguk tanda setuju, meski pikiranku tertuju pada isi dompetku. Semoga masih cukup. 
"Tapi Nay pinginnya 3 buku sekaligus!", pintanya lagi.
Waduh...semoga uangku betul-betul cukup untuk untuk 3 buku itu. Aku kembali mengangguk tanda setuju. 

Ini kenyataan. Ketika meminta hadiah/sesuatu kepada suami kadang para istri tidak menyadari/peduli dengan isi dompet suami.

Rahasia suami yang diulas di sini tidak terkesan menggurui. Semua didasarkan pengalaman pribadi penulis dan beberapa teman-teman penulis yang bersedia berbagi pengalamannya. Dan ini cukup mewakili rahasia kebanyakan para suami, juga istri.

Suami istri memang harus saling mengisi. Seperti seorang suami yang menginginkan  istrinya menjaga penampilannya ketika berada di rumah. Sang penulis mengupas dengan kesetaraan keinginan istri terhadap suaminya.

Hal 16
"Perhatikan juga penampilanmu di dalam rumah. Kalau kau merasa risih dengan daster tidur penuh tampalan jahitan yang dipakai istrimu, bisa jadi mata istrimu juga terganggu dengan singlet dan sarung kebangsaan yang selalu melekat di tubuhmu. Kalau kau tak suka dengan bau bahan-bahan dapur di tubuh istrimu, bisa jadi sebenarnya mereka pun tutup hidung dengan bau badan dan ketiakmu yang malas mandi......"

Kita sebagai istri juga diingatkan bahwa tidak boleh membuka aib atau kekurangan suami kita kepada orang lain, meskipun itu saudara sendiri. Intinya kita selesaikan masalah rumah tangga tanpa ada pihak ketiga yang ikut campur. Karena sesungguhnya baik suami maupun istri tidak ada yang mau rahasia kekurangannya dibeberkan untuk konsumsi publik. Hendaknya juga tidak menegur suami di depan umum, karena bisa meruntuhkan harga dirinya. Wanita pun juga tidak ingin diperlakukan seperti juga, bukan?

Sebenarnya yang menjadi kunci adalah keterbukaan antara suami dan istri. Ada masalah sepele yang bisa menjadi besar hanya karena kurangnya komunikasi dan keterbukaan antara suami dan istri.

Ada juga cerita yang membuat saya geram ketika membacanya, yaitu "Jatuh Cinta pada Si Upik Abu" di halaman 141. Salut banget sama sosok "upik abu" ini. Seorang wanita berhati mulia yang benar-benar memberikan cinta sucinya kepada suami tercinta hanya karena Allah Ta'ala.

Hal 173
Buat engkau suami hebat .....
Bila istri telah memberikan semua yang telah kau inginkan, cintanya, baktinya juga jiwanya, lantas apa lagi yang kau cari dari mahligai rumah tangga ini? Alasan apa lagi yang membuatmu berpaling darinya?
Sungguh kita selalu mencari kebahagiaan di luar sana. Padahal Syurga telah Allah berikan padamu. Di mana? Di rumahmu.
Maka segera pulang ke rumahmu, temui istri dan anak-anakmu. Kebahagiaan dan syurga telah menantimu. Dan semua tulus untukmu.


*****

Sunday 26 April 2015

HUKO (Hutan Kota) Tulungagung

Pintu masuk HUKO
Hutan Kota yang ini terletak di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Sebenarnya lokasinya masih masuk di dalam kota, sehingga sangat cocok sebagai paru-paru kota Tulungagung yang semakin hari semakin banyak polusi dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Tulungagung.

Ada 3 Hutan Kota di Tulungagung
Hutan Kota di Tulungagung berlokasi di 3 tempat, yakni di Desa Ketanon dan Desa Ngujang Kecamatan Kedungwaru seluas 3,25 hektare, serta di Desa Moyoketen Kecamatan Boyolangu seluas 1 hektare.

Tujuan pembangunan hutan kota ini adalah untuk pariwisata alam, rekreasi, olahraga, arboretum, pendidikan, meredam kebisingan, mengurangi kecepatan angin, menghisap bau, dan penurunan emisi GHGS (gas rumah kaca). 
(Sumber: http://www.tulungagung.go.id/index.php/berita/496-hutan-kota-akan-ditambah-satu-hektar)

Hutan Kota Ketanon
Yang sering saya kunjungi bersama anak-anak adalah Hutan Kota yang berlokasi di Ketanon, karena memang lokasinya lebih dekat dan di dalam kota. Kebetulan juga dekat dengan sekolah si Bungsu Ahya, yang bersekolah di SDI Al Badar.

Di kawasan Hutan Kota Ketanon ini ada hutan buatan, lapangan sepak bola, taman untuk bermain anak-anak, serta taman untuk bersantai.
Hutan buatan dan lapangan sepak bola 
Lorong dengan aneka bunga,
tapi sayang pohonnya kering karena mungkin jarang disiram.
Di sekeliling tembok pembatas Huko banyak mural, yaitu aneka lukisan di tembok. Kadang diselipkan pesan moral seperti "Bersama Kita Wujudkan Bumi yang Lestari", "Buang Sampah pada Tempatnya", dll.



Di beberapa tempat tertentu disediakan aneka mainan anak-anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, dll.
Main ayunan sungguh mengasyikkan.


Di sini kita juga bisa duduk-duduk bersantai sambil mengobrol.
Tempat ini kadang juga bisa dipakai rapat santai suatu komunitas. Tinggal bawa snack dan minum sendiri. Tapi jangan lupa membuang sampah pada tempatnya ya :)

Pesan yang paling penting, jangan pernah menyisakan sampah dimanapun kita berada. 
Masuk Huko ini memang GRATIS, pengunjung hanya membayar parkir kendaraan saja. Sehingga diperlukan kesadaran yang tinggi untuk turut menjaga kebersihan lokasi dan tidak merusak tanaman serta sarana dan prasarana yang ada di Huko ini.

Karena kenyataannya, banyak tanaman yang tidak terawat, kering, banyak daun yang menguning, dan banyak sampah bertebaran.

Sangat disayangkan, padahal jika dirawat Huko ini benar-benar merupakan aset wisata Kota Tulungagung. Seandainya diberlakukan tiket masuk menurut saya justru tidak masalah, asal tempat yang nyaman, asri, bersih dan segar bisa dirasakan oleh pengunjung.
Jangan lupa buang sampah di tempatnya yaa :)

*****

Saturday 25 April 2015

Bakso Mirah yang Murah Beneran


Yang ada di benak saya dan anak-anak ketika melewati depan warung bakso yang satu ini adalah sebuah pertanyaan, "Beneran nih harganya lima ribu seporsi? Paling harga  satu biji baksonya yang lima ribu. Jadi seporsi ya tetep aja minimal sepuluh ribu."

Warung bakso yang bangunannya lumayan besar ini berlokasi di sebelah timur Alun-alun Kota Tulungagung tepat di depan Perpustakaan Daerah menghadap ke arah selatan. Tempat parkirnya pun luas dan nyaman.

Karena penasaran, suatu hari Minggu saya mencoba mampir ke warung ini bersama Kakak dan Adik. Tempatnya lumayan luas, ada lesehan ada juga meja kursi, tinggal pilih aja mau duduk dimana.
Ketika saya masuk kesana sudah sore hari menjelang maghrib, sehingga beberapa menu pilihan sudah habis.

Saya dan Kakak Ony memilih menu bakso, sementara Adik Ahya lebih memilih mi ayam. Berikut tampilannya.

Bakso Rp. 6000,- seporsi.
Mi Ayam Rp. 5000,- seporsi.
Menu yang sempat saya catat pada saat itu adalah sebagai berikut,

  • Bakso Mirah Rp. 5.000,-
  • Bakso Spesial Rp. 8.000,-
  • Mi Ayam Rp. 5.000,-
  • Mi Ayam Goreng Rp. 6.000,-
  • Mi Ayam Bakso Rp. 8.000,-
Saat saya datang, Mbak Pelayanannya bilang kalau baksonya tinggal yang Rp. 6.000,-
Penampilannya seperti gambar di atas.

Untuk minuman, sepertinya juga banyak pilihan. Hanya sayangnya saat saya datang saat itu tinggal es jeruk dan es teh saja. Suatu saat saya akan datang ke tempat ini di siang hari saja, agar menu pilihannya masih lengkap.

Happy Weekend bersama keluarga tercinta :)
*****

Thursday 23 April 2015

Alhamdulillah Masih Diselamatkan

Saya sangat memercayai bahwa tidak ada sesuatu yang kebetulan terjadi di dunia ini. Semua sudah diatur oleh Allah SWT dan tidak ada satu pun yang terjadi kecuali atas kehendakNya.

Kadang tanpa sadar saya mengalami sesuatu kejadian, dimana setelah dirunut-runut, tiba pada suatu kesimpulan, "Oh, ini to maksudnya."
Setiap kejadian yang kita alami selalu sambung menyambung dan bisa dikaitkan antara kejadian yang satu dengan kejadian lain, bahkan dari kejadian sederhana sekali pun.

Sebulan kemarin saya mengalami kejadian yang tanpa saya sadari akhirnya membuat saya bersyukur. Sudah hampir 2 minggu saya tidak ngurusi motor kesayangan saya, padahal setiap hari saya pakai. Ngurusi di sini artinya ngelap body motor pakai kain lap. Biasanya hal ini saya lakukan setiap pagi sepulang dari mengantar Adik sekolah. Beberapa hari hujan menyebabkan motor kotor, sehingga saya tidak ngelap motor lagi, sampai motor saya dicuci bersih tentunya..

Tiba-tiba saya pengin bikin postingan di blog tentang Cuci Motor Salju yang saya tulis di sini gegara saya terkesan dengan Bapak/Ibu pemiliknya. Dua hari kemudian saya jadi pengen ke cuci motor salju. Alhasil motor saya jadi bersih, sehingga besok paginya saya mulai ngelap motor dengan kain biar bersihya awet. Eh, saat saya sampai ke bagian roda belakang, hampir tidak percaya dengan apa yang saya lihat, ternyata ban belakang sudah tipis sekali dan berlubang. Ya Allah! Jadi selama ini saya naik motor dengan kondisi ban yang tipis seperti ini! Berlobang lagi!
Akhirnya saya sangat bersyukur, saya masih diselamatkan.

Seribu Cara Allah untuk Mengingatkan Kita
Banyak sekali kejadian yang pada akhirnya pasti berhubungan satu dengan yang lain. Itulah rahasia Allah. Dari berbagai kejadian yang runut, pada akhirnya selalu sampai kepada rencana indah Allah sebagai pemilik kehidupan ini.

Ada lagi cerita tentang si A yang gagal masuk suatu jurusan tertentu di perguruan tinggi, padahal kalau menurut kemampuan akademiknya si A mampu untuk masuk jurusan tersebut. Ternyata si A gagal masuk jurusan tersebut, suatu hal yang tidak mungkin jika dinalar dengan logika. "Orang pinter kok ndak bisa masuk?"

Jika kita mampu bersikap positif dan berlapang dada (baca = ikhlas), pasti kita akan berpikir;
"Mungkin Allah punya rencana lain."
Dan ternyata benar, tahun berikutnya si A akhirnya diterima di jurusan lain di suatu Perguruan Tinggi di Luar Negeri dan sekarang dia menjadi orang sukses dan tinggal di Jerman.

Jika kita menyadari sesadar-sadarnya sebenarnya rencana Allah itu selalu yang terbaik dan terindah, meskipun tidak selamanya jalan yang harus dilalui itu indah dan mulus. Bisa jadi jalan yang harus kita lewati penuh dengan batu terjal dan penuh dengan air mata. Bisa jadi kita sudah berprasangka buruk. Tapi biasanya kita baru tersadar di akhir cerita, ternyata rencana Allah tetap yang paling indah.
Mari Sobat kita selalu bersyukur dengan menghitung apa yang sudah kita miliki, bukan apa yang belum/ingin kita miliki. [My Quote]
*****

Tuesday 21 April 2015

Semangat Kartini Ibu Mertuaku Tercinta

Setelah menikah tahun 2000 silam otomatis saya jadi punya 2 ibu. Ibu kandung dan ibu mertua. Bagi saya, keduanya adalah ibu hebat. 
Memangnya ada ibu yang tidak hebat di dunia ini? 
Semua ibu hebat, menurut saya. Mereka adalah Super Mom yang cintanya kepada keluarga adalah cinta tanpa syarat. Seluruh hidupnya diabdikan kepada anak dan suami tercinta. 

Kali ini KEB (Kumpulan Emak Blogger) menggelar postingan serentak tentang semangat Kartini Ibu Mertua dengan hastag #‎K3BKartinian‬. Wow! Topik yang sangat menarik. 
Rasanya memang tidak pernah habis ya cerita tentang sosok seorang Ibu. 

Oke, mari kita mengenal lebih lanjut sosok ibu mertua saya. 
Ibu mertua saya sudah lumayan sepuh. Beliau lahir tahun 1939 (berusia 76 tahun). Suami saya adalah putra kelima dari 6 bersaudara. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang mendampingi Bapak yang bekerja sebagai pegawai Pertamina di Plaju, Palembang. 

Meskipun saya baru mengenal beliau selama 15 tahun ini, namun saya sangat paham sifat Beliau dan banyak teladan yang bisa saya petik dari Beliau. Banyak hal sederhana seperti kasih sayang, ucapan terima kasih, dan kerapian yang bisa saya serap untuk saya praktekkan dalam mengasuh anak-anak. Hal sederhana tapi berdampak sangat besar dalam perilaku yang sopan dan dalam pergaulan. Kadang saya prihatin, hal ini sudah jarang terlihat pada pergaulan di jaman sekarang.

Kasih Sayang
Ibu selalu berpegang teguh pada kasih sayang. Bahwa dengan kasih sayang, kita bisa banyak mendapat saudara dimana pun kita berada. Dengan kasih sayang kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja tanpa mengenal tahta dan kasta. Ibu selalu menganggap orang lain itu baik, sebaik Beliau terhadap orang lain. 

Kerapian
Ibu juga seorang perapi, hobinya bersih-bersih. Bisa dibayangkan ya, betapa nyamannya dahulu putra-putri beliau saat berkumpul di rumah. Rumah yang bersih dan tertata rapi. 

Kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang. Tidak jarang kami harus menunggu dalam waktu yang agak lama jika mau pergi bersama-sama. Setelah dicek ternyata Ibu masih belum juga selesai mandi. Dan yang bikin lama ternyata sambil mandi Ibu bersih-bersih kamar mandi. Kadang saya merasa geli sendiri dengan kebiasaan Ibu yang satu ini.

Ucapan Terima Kasih
Rasanya tidak banyak orang tua jaman sekarang yang mengajarkan kepada anaknya tentang minta tolong dan ucapan terima kasih. Padahal 2 kata sederhana ini adalah dua kata magic yang bisa membentuk perilaku sopan santun kepada yang lebih tua.

Secara keseluruhan bisa saya simpulkan bahwa seorang Kartini tidak harus seorang wanita pekerja. Namun seorang Ibu Rumah Tangga seperti Ibu Mertua saya pun adalah seorang Kartini. Di tangan Beliaulah tanggung jawab membesarkan anak-anak dan mendidiknya menjadi jiwa-jiwa kuat dan berakhlak mulia. Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, kasih sayang seorang Ibu jelas kasih sayang tanpa batas. Itulah semangat Kartini yang sesungguhnya.
Selamat Hari Kartini, Ibu Mertuaku Tercinta :*
*****

Saturday 4 April 2015

Cerita Tentang Masa Puber


Setiap manusia selalu mengalami pubertas atau masa puber dalam kehidupannya, yaitu perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa puber merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Biasanya masa ini berlangsung di usia 8-10 tahun, namun ada beberapa orang yang mengalaminya hingga usia 15 atau 16 tahun. Masa puber seorang anak laki-laki biasanya muncul mulai usia 11 tahunan. (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pubertas)

Namun ada beberapa orangtua yang merasa tabu untuk membicarakan masalah ini kepada anak-anaknya. Padahal dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak justru akan mempermudah penyampaian informasi kepada anak-anak. Orangtua pun tidak merasa kecolongan bahwa sang buah hati malah sudah lebih tahu dulu dari orang lain, atau bahkan dari internet.

------------
Hari kamis kemarin, Kakak Ony bercerita tentang temannya (anak perempuan) yang tiba-tiba pingsan dan 'berdarah' di sekolah. Tentu saja hal itu menjadi keributan sendiri di sekolah. Ony sekarang berumur 10 tahun kelas 5 SD.

Kira-kira pembicaraannya seperti ini.
Kakak : "Ma, tadi ada temen Ony yang pingsan di sekolah. Itu lho si Bunga."
Maaf namanya saya rahasiakan.

Saya : "Kenapa sampai pingsan Kak?"

"Tadi dia berdarah Ma. Makanya kelasnya dipel biar bersih. Kata temen Ony yang cewek-cewek, Bunga sedang "emen" (menstruasi=red)."

"Kok sampai kececeran gitu?"

"Iya kan dia gak pake 'pampers'."

"Oh Bunga sudah mens ya Kak? Berarti Bunga sudah puber."

Sebenarnya saya kaget. Tapi insting saya membisikkan hal lain, yaitu inilah saat yang tepat untuk berdialog dengan Kakak tentang masa puber.

Pembicaraan pun berlanjut.
"Eh, Kakak sudah tahu ciri-ciri puber untuk anak laki-laki apa coba?"

"Apa Ma?"

"Suara mulai berubah jadi besar kayak Papah, tumbuh rambut-rambut halus di beberapa bagian tubuh, dan mimpi basah."

"Oh, kayak Mas ya Ma?"
Mas di sini maksudnya Mas Dani, anak mbarep saya yang memang sudah akhil baliq.

"Iya."

"Ma, mimpi basah itu gimana?"

"Mimpi basah itu seperti ngompol, tapi yang keluar bukan pipis."

"Keluarnya dari "budhel" (baca = pusar) ya Ma?"

"Bukan, Sayang. Keluarnya ya dari 'titit'. Nanti kalau Kakak sudah mimpi basah bilang sama Mama atau Papa ya Kak."

"Ho'oh."
-------------

Rasanya sudah sedikit plong saya menjelaskan sedikit ke Ony tentang masa puber. Nanti jika sudah saatnya akan saya jelaskan lagi tentang pubertas lanjutan.

So Bapak/Ibu tidak perlu tabu lagi ya menjelaskan tentang pengetahuan seputar seks kepada anak-anak. Kita jawab saja semampu kita dan kita sesuaikan dengan tingkat daya nalar anak-anak dan tidak usah berlebihan. Karena anak-anak akan menangkap informasi sesuai dengan usia mereka. Biasanya kalau saya belum mampu/siap menjawab saya bilang, "Bentar ya, Mama cari informasi dan baca-baca dulu. Nanti Mama jelaskan."

Semoga bermanfaat :)
*****

Wednesday 1 April 2015

Kok Pakai Bahasa Indonesia Terus Sih?

Bahasa Indonesia memang bahasa nasional. Dimana pun kita berada di Indonesia, tidak perlu takut kesulitan berkomunikasi. Yang penting kita bisa berbahasa Indonesia, maka amanlah kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja.

Namun jika kita tinggal di daerah (seperti di Tulungagung ini) dan selalu berbahasa Indonesia, kadang dicap miring sebagai orang yang "nggaya" alias sombong. Katanya, "wong Jowo kok ra gelem ngomong boso Jowo.", yang artinya "orang Jawa kok gak mau ngomong pakai bahasa Jawa."

Itulah kalau tinggal bermasyarakat, semua sikap dan tingkah laku kita selalu saja dinilai. Mau tidak mau kita harus menghadapi kenyataan ini.

Hal ini terjadi pada anak mbarep saya, Mas Dani.
Mas Dani lahir di Denpasar, Bali.
Saat usia 6 bulan, kami pindah ke Mojokerto. Di Kota Onde-onde ini kami tinggal selama 7 tahun. Mas Dani melewati masa balita, playgroup, TK dan SD sampai kelas 2 di kota ini.

Bahasa yang kami gunakan sehari-hari adalah campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Saya dan suami berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa, sementara jika berkomunikasi dengan anak-anak kami menggunakan bahasa Indonesia, kadang ada sedikit menggunakan bahasa Jawa.

Jika bermain dengan teman-temannya saya dengar mas Dani kadang menggunakan bahasa Jawa khas Mojokerto. Dialek Mojokerto hampir sama dengan dialek Suroboyo-an atau Malang-an. Tapi jika di rumah dia tetap berbahasa Indonesia.

Tahun 2009, saat mas Dani kelas 3 SD, karena saya dan suami harus bekerja di Bali, mas Dani pindah ke Tulungagung ke rumah Mbah Ti (Ibu saya) yang saat itu masih mengajar di SD, sehingga mas Dani kami titipkan ke SD tempat ibu saya mengajar yang letaknya tidak jauh dari rumah. Sejak kelas 1 SD Mas Dani sudah biasa naik sepeda sendiri ke sekolah.

Di sinilah mulai ada perubahan.
Prestasi mas Dani jadi menurun. Mas Dani hanya punya beberapa teman akrab. Tidak seperti dulu saat di Mojokerto. Temannya banyak, selalu ceria dan saling berkompetisi dengan teman sekelas untuk meraih juara kelas. Bisa jadi karena proses adaptasi ya.

Yang paling mencolok adalah Mas Dani tidak lagi mau berbahasa Jawa. Bahasa Jawa Tulungagung dan Mojokerto memang beda, meskipun sama-sama Jawa Timuran.
Ngomong dengan siapa pun dia tidak mau lagi berbahasa Jawa. Dan itu berlangsung sampai sekarang. Ditanya siapa pun pakai bahasa Jawa, jawabnya selalu pakai bahasa Indonesia.

Di rumah, saya sudah mencoba ngomong menggunakan bahasa Jawa, tapi tidak pernah sekalipun saya dengar mas Dani menggunakan bahasa Jawa. Padahal adik-adiknya kalau ngomong kadang masih ada campuran bahasa Jawanya.

Akhirnya saya hanya menerima apa adanya. Ya itulah gaya anak mbarep saya. Jelas tidak ada maksud sombong dan biar sajalah orang menilai, karena memang kerjaan mereka bisanya hanya menilai orang lain berdasarkan opini mereka sendiri. Yang penting Mas Dani enjoy dengan dirinya sendiri. Yang penting, rasa percaya dirinya sudah tumbuh kembali dan sudah mulai termotivasi. Prestasinya di sekolah juga sudah mulai merangkak naik lagi. Teman-temannya juga banyak, kadang mereka ramai-ramai saling berkunjung.

Ternyata ini merupakan salah satu dampak berpindah-pindah tempat tinggal. Saya tidak bisa memaksa Mas Dani untuk mau berbahasa Jawa. Dengan siapa pun dia akan berbahasa Indonesia.

Jadilah dirimu sendiri, Le. Kami hanya bisa mendukungmu.
Love you, Son :*
*****