Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts

Friday, 1 May 2015

Jalan-jalan Sore di Halaman Pendopo Kabupaten Tulungagung


Hampir di setiap kota selalu mempunyai Alun-alun. Di Tulungagung pun juga ada Alun-alun Kota Tulungagung. Tempat ini merupakan fasilitas umum berupa Taman Kota, Kolam dan Air Mancur, Sarana Tempat Bermain Anak-anak, dan ratusan burung merpati yang dipelihara di Pagupon (rumah burung dara). 

Berseberangan dengan Alun-alun Kota Tulungagung ada Kantor Pendopo Kabupaten Tulungagung. Di halaman  pendopo ini ada sebuah Taman yang di tengah-tengahnya ada Monumen RA Kartini dan air mancurnya, sementara di sekeliling taman ada tempat duduk panjang yang biasanya dipakai duduk-duduk pengunjung. Biasanya para pengunjung disini hanya sekedar mengobrol atau asyik memainkan gadgetnya sendiri-sendiri. Bisa dikatakan Taman ini terbuka 24 jam. Sementara Halaman Pendopo bagian dalam pintu pagarnya terbuka dan tertutup sesuai jam kantor dan selalu ada penjaga di Pos Jaga yang terletak di bagian depan pintu pagar halaman.

Sore itu Adik dan Kakak mengajak jalan-jalan. Pilihan tertuju ke Halaman Pendopo ini, katanya mereka sudah bosan main di Alun-alun. Akhirnya kami mampir membeli 3 buah es krim dulu, untuk dimakan sambil duduk-duduk di Taman.

Setelah makan es krim, mulailah Adik Ahya dan Kakak Ony bermain-main dan berlarian. Saya sih hanya duduk-duk sambil mengawasi mereka. Di sini memag tidak disediakan mainan anak-anak, jadi mereka hanya berlarian sambil bercengkerama, jika capek duduk-duduk sebentar. Paling juga makan snack trus minum. Ya, namanya anak-anak dimana saja mereka selalu riang gembira.


Di sebelah barat Taman banyak pedagang kaki lima yang menyediakan aneka snack dan minuman. Di sebelah Kantor Pos Tulungagung (yang terletak di sebelah barat Alun-alun) juga ada Tenda Bakso dan Mi Ayam plus Teh Poci. Sementara di sebelah timur persis Taman ini ada Bakso Mirah yang pernah saya ulas beberapa hari lalu. Jadi dijamin gak bakal kelaparan deh. Atau bawa saja snack plus minum sendiri.



Atau sekedar ngemil Kebab Hangat sambil online dan menikmati pemandangan ademnya pepohonan sambil cuci mata.
Happy Weekend Teman-teman :)
*****

Sunday, 26 April 2015

HUKO (Hutan Kota) Tulungagung

Pintu masuk HUKO
Hutan Kota yang ini terletak di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Sebenarnya lokasinya masih masuk di dalam kota, sehingga sangat cocok sebagai paru-paru kota Tulungagung yang semakin hari semakin banyak polusi dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Tulungagung.

Ada 3 Hutan Kota di Tulungagung
Hutan Kota di Tulungagung berlokasi di 3 tempat, yakni di Desa Ketanon dan Desa Ngujang Kecamatan Kedungwaru seluas 3,25 hektare, serta di Desa Moyoketen Kecamatan Boyolangu seluas 1 hektare.

Tujuan pembangunan hutan kota ini adalah untuk pariwisata alam, rekreasi, olahraga, arboretum, pendidikan, meredam kebisingan, mengurangi kecepatan angin, menghisap bau, dan penurunan emisi GHGS (gas rumah kaca). 
(Sumber: http://www.tulungagung.go.id/index.php/berita/496-hutan-kota-akan-ditambah-satu-hektar)

Hutan Kota Ketanon
Yang sering saya kunjungi bersama anak-anak adalah Hutan Kota yang berlokasi di Ketanon, karena memang lokasinya lebih dekat dan di dalam kota. Kebetulan juga dekat dengan sekolah si Bungsu Ahya, yang bersekolah di SDI Al Badar.

Di kawasan Hutan Kota Ketanon ini ada hutan buatan, lapangan sepak bola, taman untuk bermain anak-anak, serta taman untuk bersantai.
Hutan buatan dan lapangan sepak bola 
Lorong dengan aneka bunga,
tapi sayang pohonnya kering karena mungkin jarang disiram.
Di sekeliling tembok pembatas Huko banyak mural, yaitu aneka lukisan di tembok. Kadang diselipkan pesan moral seperti "Bersama Kita Wujudkan Bumi yang Lestari", "Buang Sampah pada Tempatnya", dll.



Di beberapa tempat tertentu disediakan aneka mainan anak-anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, dll.
Main ayunan sungguh mengasyikkan.


Di sini kita juga bisa duduk-duduk bersantai sambil mengobrol.
Tempat ini kadang juga bisa dipakai rapat santai suatu komunitas. Tinggal bawa snack dan minum sendiri. Tapi jangan lupa membuang sampah pada tempatnya ya :)

Pesan yang paling penting, jangan pernah menyisakan sampah dimanapun kita berada. 
Masuk Huko ini memang GRATIS, pengunjung hanya membayar parkir kendaraan saja. Sehingga diperlukan kesadaran yang tinggi untuk turut menjaga kebersihan lokasi dan tidak merusak tanaman serta sarana dan prasarana yang ada di Huko ini.

Karena kenyataannya, banyak tanaman yang tidak terawat, kering, banyak daun yang menguning, dan banyak sampah bertebaran.

Sangat disayangkan, padahal jika dirawat Huko ini benar-benar merupakan aset wisata Kota Tulungagung. Seandainya diberlakukan tiket masuk menurut saya justru tidak masalah, asal tempat yang nyaman, asri, bersih dan segar bisa dirasakan oleh pengunjung.
Jangan lupa buang sampah di tempatnya yaa :)

*****

Wednesday, 25 March 2015

Serunya Naik Kereta Api yang Gerbongnya Kosong

5 Juni 2013
Naik kereta api adalah salah satu pilihan yang nyaman sebagai sarana transportasi. Apalagi kalau mengajak anak-anak. Selain bebas bau bensin yang bisa menyebabkan pusing dan mabuk perjalanan, naik kereta api membuat anak-anak lebih enjoy di sepanjang perjalanan, karena bisa menikmati pemandangan sawah, gunung, jembatan, terowongan, bahkan kadang jurang dimana kereta api yang kita naiki tepat berada di atasnya.

Kali ini saya akan bercerita tentang serunya naik kereta api saat gerbongnya kosong.
Saat itu, kami (saya dan anak-anak) harus berangkat ke Jogja karena ada berita duka, Bapak Mertua meninggal dunia.(Al Fatehah untuk Bapak, aamiin).

Sementara suami sudah berangkat dengan pesawat pagi-pagi dari Denpasar, saya harus dengan sigap segera mengurus keberangkatan saya dan anak-anak ke Jogja dari Tulungagung, membuatkan surat izin ke sekolah masing-masing, termasuk menyiapkan semua keperluan kami selama di Jogja nantinya.

Karena pikiran sudah kalut, akhirnya saya putuskan naik kereta api. Saat itu naik kereta api bisa membeli tiket langsung di loket dan langsung berangkat. Padahal setelah dipikir dengan akal sehat, harusnya saya memilih travel aja, tinggal telepon travel, dijemput di rumah, kemudian berangkat, beres kan?

Ya sudah lah, karena saat itu akal saya sedang tidak sehat akhirnya kami naik Kereta Api Rapih Dhoho jurusan Tulungagung-Surabaya, turun di Stasiun Jombang. Di Jombang kemudian membeli tiket Kereta Api Sancaka pagi jurusan Surabaya-Jogja. Biasanya Sancaka sampai Jogja jam 12 siang. Rencana Alm Bapak dikebumikan jam 2 siang. Saya ditemani Ibu saya yang memang juga ikut bertakziah ke besan.

Alhamdulillah Sancaka datang tepat waktu, kami pun sampai di Jogja tepat waktu. Meskipun sepanjang perjalanan mata ini sembab oleh air mata, namun tingkah laku DOA (Dani Ony Ahya) ini bisa menghibur hati selama di perjalanan. Kereta api yang kami tumpangi kosong. Ada penumpang sih, tapi tidak banyak. Kondisi ini membuat DOA bebas bermain dan ketawa-ketiwi.

Pertama Mereka Duduk Manis
 



 Kemudian Bermain Bersama

 Bahkan Berlarian di Sepanjang Gerbong

 Bercanda dan Berantem
 Akhirnya Kecapekan dan Tidur


Bagaimana pengalaman Teman-teman naik kereta api?
*****

Sunday, 1 March 2015

Inilah Benda yang Wajib Saya Bawa Saat Jalan-jalan





Di awal menulis saya sempat merasa sedikit galau, karena tiga benda wajib yang selalu saya bawa ketika jalan-jalan tidak boleh disebutkan, yaitu handphone, kamera dan powerbank. "Disitu kadang saya merasa sedih"

Ternyata eh ternyata, setelah saya renungkan dengan mendalam, ada beberapa benda selain ketiga benda di atas yang selalu berada di dalam tas saya ketika saya jalan-jalan bareng keluarga. Karena sejak saya berkeluarga saya jarang bahkan hampir tidak pernah jalan-jalan sendiri, kecuali antar jemput anak-anak atau belanja ke warung atau ke pasar.

Apa sajakah benda-benda misterius itu? #halah

1. Tisu
Tanpa saya sadari, saya itu suka bingung sendiri kalau tidak ada tisu, apalagi kalau sedang berada di luar rumah. Tisu itu bagai barang ajaib yang sangat penting bagi saya ketika saya ada di jalan. Apalagi jika keluarnya bareng sama anak-anak, tisu basah merupakan benda yang wajib saya bawa.

Saat mereka mau makan, biasanya saya minta mereka untuk mengelap dulu tangannya menggunakan tisu basah, agar tangan mereka bersih saat makan. Begitu pun ketika mereka selesai makan, mereka harus membersihkan mulut dan tangan mereka menggunakan tisu basah.
Tentu saja hal ini tidak berlaku jika kita makan di resto yang sudah tersedia tempat cuci tangan.

Setelah mereka dari kamar mandi umum pun, saya mewajibkan mereka untuk membersihkan tangan mereka dengan tisu basah.

Pokoknya yang namanya tisu itu adalah benda nomor satu yang harus dibawa saat jalan-jalan.

2. Kantong plastik 
Kebiasaan saya yang lain adalah membawa kantong plastik untuk tempat sampah. Baik itu saat perjalanan menggunakan kendaraan umum (kereta api atau bus), maupun saat naik kendaraan pribadi. Apalagi anak-anak saya adalah tipe anak yang suka ngemil di perjalanan. Bungkus snack, biskuit, permen, dan botol minum yang sudah habis harus dimasukkan kantong plastik. 

Saya paling tidak suka kalau ada yang buang sampah sembarangan. Di kendaraan umum seperti di kereta api atau bus, beberapa orang membuang sampah begitu saja di bawah tempat duduknya, rasanya jadi tidak nyaman dalam perjalanan. Tapi pengalaman saya terakhir naik kereta api ekonomi waktu pergi ke Banyuwangi bulan Juli tahun kemarin, kita para penumpang dibagikan kantong plastik untuk tempat sampah. Saya salut atas kemajuan ini, hal ini lumayan membuat kereta api menjadi bersih dan bebas sampah.

Ngomong-ngomong tentang buang sampah sembarangan, saya pernah ketimpuk kulit rambutan yang dibuang penumpang sebuah mobil bagus lho. Saat itu saya sedang mengendari motor, dan mobil bagus yang penumpangnya gak sopan itu mendahului motor saya. Salah seorang penumpangnya membuang kulit rambutan sembarangan dari jendela mobil. Hadeh!

3. Mukena dan sarung
Anak-anak saya dan papanya, sukanya kalau jalan pakai celana pendek. Mereka jarang banget pakai celana panjang. Minimal saya harus membawa 2 buah sarung untuk mereka shalat, agar bisa dipakai bergantian. 

4. Minyak kayu putih
Tentu saja minyak kayu putih botol kecil, agar praktis. Benda kecil berharga ini harus selalu saya bawa kemana-mana untuk membantu mengurangi kepala pusing, mual dan perut kembung.

5. Gunting kecil
Ha? Ngapain bawa gunting kecil segala?
Gunting lipat kecil berbahan stainless steel ini selalu berguna selama di perjalanan. 

Jika kedapatan anak-anak ada yang kukunya panjang, saya tinggal tarik tangannya dan potong kukunya, beres kan? *hehehe*
Mereka biasanya nurut saja, yang suka berontak kalau dipotong kukunya adalah si Ony, anak kedua.
Sebelum saya potong kukunya, biasanya kuku saya bersihkan dulu pakai tisu basah, baru saya potong pelan-pelan. Jangan lupa sampahnya termasuk potongan kukunya dimasukkan kantong plastik tempat sampah.

Gunting juga berguna untuk membuka bungkus snack yang kadang sulit dibuka, membuka segel minuman botol yang macet saat dibuka, membuka plastik pembungkus jeruk, dll.

6. Permen
Bagi saya permen itu sangat penting, karena bisa mengurangi rasa mual saat di perjalanan. 
Biasanya jika mulai merasa mual yang saya lakukan adalah menggosok kepala dan leher menggunakan minyak kayu putih, sambil dipijit-pijit ringan. Kemudian diam dan menghisap permen.

Saya rasa itulah benda penting yang wajib saya bawa saat jalan-jalan.
Kalau tertinggal satu saja rasanya sedih banget.
Apa benda penting yang wajib Teman-teman bawa saat jalan-jalan?
*****


*****

Sunday, 29 June 2014

Tips Melepas Anak Naik Bus Sendirian

Naik bus sendirian ke Bali
Si Mas (panggilan sayang Dani anak sulungku) yang baru kelas 7 SMP mendapat libur satu minggu dari sekolahnya karena siswa kelas 9 ujian pemantapan UN 2014. Karena adik-adiknya masih SD jadi tidak dapat libur. Semula sama sekali tidak ada rencana berlibur karena memang bukan waktunya liburan. 
"Aku nanti di rumah aja, Ma. Main game aja", kata si Mas dengan santai dan cuek.

Sebenarnya tidak masalah juga sih kalau di rumah saja, cuma saat itu tiba-tiba si Papa nyeletuk di handphone, "apa liburan ke Bali aja, Mas??" 
Suamiku memang bekerja di Denpasar, sedang saya sama anak-anak tinggal di Tulungagung. Tidak disangka si Mas pun setuju berlibur ke Bali. Deal! Akhirnya keputusannya si Mas berlibur ke Bali.

Masalah mulai timbul ketika saya tidak bisa mengantar si Mas ke Bali, karena saya harus mengurus kedua adiknya disini dan jadwal mengajar saya masih padat. Saat ditanya berani apa tidak berangkat sendirian ke Bali, si Mas menjawab, "Berani!!" Tapi sebagai ibu, saya merasa agak ragu-ragu dan tentu saja khawatir. Apalagi si Mas baru berusia 13 tahun. Tetapi suami saya menenangkan, "insyaAllah aman, Ma. Lagian si Mas kan sudah besar, cowok lagi."
Akhirmya kami sepakat si Mas naik bus malam saja. Dan kami memilih bus malam eksekutif GUNUNG HARTA jurusan Tulungagung-Denpasar. Mengapa? Karena bus malam eksekutif tidak menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan, kecuali penumpang yang sudah tercatat di daftar penumpang. Selain itu penumpang mendapat fasilitas makan di rumah makan dan mendapat snack tentunya. 

Di dalam hati sebenarnya saya masih saja khawatir, tapi ya sudahlah si Mas dan si Papa sudah sepakat. Saya akhirnya membeli sebuah tiket bus malam eksekutif, dengan tentu saja bertanya dulu apakah boleh anak berusia 13 tahun pergi sendirian. Ternyata boleh. Kurang tahu ya kalau usia di bawah itu bisa apa tidak.
Tiket bus Gunung Harta

Tiket bus Gunung Harta
Alhamdulillah akhirnya si Mas berangkat ke Bali, pulang ke Tulungagung sendirian dan aman-aman saja sepanjang perjalanan. Tentu saja selalu ada komunikasi antara saya, suami dan si Mas. Yang suka bikin galau, si Mas ini anaknya pendiam cenderung cuek. Kalau disms jarang dijawab, apalagi saat ditelepon juga jarang diangkat. Aduh, emaknya ini yang tidak bisa tenang. Kata suami saya, saya ini terlalu lebay. *halah* *emang bener :p* 
Gimana tidak lebay, anak masih berusia13 tahun dan baru pertama kali pergi ke Bali sendirian. Tapi ya memang benar suami saya, kita harus tenang dan percaya sama anak kita kalau dia bisa, dan pasrahkan semua kepada Allah SWT.
Di ruang tunggu si Mas cuek-cuek saja

Pastikan si anak memang berani pergi sendiri
Pastikan si anak sudah menempati tempat duduknya
Berikut beberapa Tips dari saya ketika melepas anak laki-laki di bawah usia 17 tahun bepergian sendiri naik bus malam eksekutif, antara lain:
  1. Pastikan kondisi anak sehat, dan tidak sedang sakit.
  2. Tanya kesiapan anak pergi sendirian, jika anak ragu-ragu lebih baik tetap didampingi.
  3. Jangan lupa tiket harus dibawa si anak.
  4. Bekali hp sebagai alat komunikasi. 
  5. Bekali dengan uang yang cukup, jangan berlebihan.
  6. Jika si anak dibekali gadget, ingatkan untuk menjaga gadgetnya.
  7. Bekali dengan makanan (roti, camilan) dan minuman yang cukup untuk antisipasi anak lapar di perjalanan.
  8. Bekali dengan obat-obatan ringan, seperti: minyak kayu putih, tablet hisap vitamin C, hansaplast, dll. 
  9. Bekali dengan tissue, tas kresek kecil (siapa tahu *maaf* mabuk perjalanan), meskipun di bus biasanya sudah disediakan tidak ada salahnya kita bawa sendiri.
  10. Catat nama bus dan plat nomornya.
  11. Minta nomor kontak/hp awak bus, biasanya nomor hp kondektur bus, untuk bisa memantau selama perjalanan. Tapi jangan sering-sering telepon bapak kondektur, kasihan dia kan sedang bertugas :)
  12. Titipkan kepada pak kondektur, agar anak dibantu dan dipantau selama perjalanan. Jangan lupa berikan nama dan nomor hp penjemput, agar anak benar-benar aman sampai tujuan dan dijemput oleh orang yang benar.
  13. Jangan tinggalkan anak sampai bus benar-benar berangkat, pastikan dia sudah nyaman dan duduk sesuai dengan nomornya.
  14. Jangan lupa berpesan kepada anak tentang keamanannya selama di perjalanan, antara lain: harus waspada terhadap orang asing, harus mengawasi barang bawaannya sendiri, tidak menerima tawaran makanan atau minuman kecuali makanan yang disediakan oleh pihak bus, tidak banyak bermain gadget karena bisa membuat kepala pusing, dll.
  15. Ucapkan selamat jalan kepada anak, dan berikan motivasi kepada anak bahwa perjalanan aman dan jangan lupa berdoa. 
Itulah beberapa tips dari saya. Dan itu tips untuk anak laki-laki ya. Saya takut salah, karena anak laki-laki dan perempuan itu sangat berbeda. 


Bagaimanapun saya ini juga manusia biasa, siapa tahu ada beberapa tips yang belum saya tuliskan di atas. 
Mohon teman-teman bisa menuliskan di kolom komentar, nanti akan saya tambahkan di postingan. 
Makasiiihhh :)
*****

Thursday, 29 May 2014

Pantai Popoh, Potensi Wisata Kabupaten Tulungagung Jawa Timur

Tulungagung adalah sebuah kabupaten di propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan pesisir pulau Jawa. Karena lokasinya yang strategis di tepi Samudera Hindia, Tulungagung mempunyai banyak pantai indah yang bisa dikunjungi dan menjadi obyek wisata. Salah satu obyek wisata andalan kabupaten Tulungagung adalah Pantai Popoh yang terletak di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kuranglebih 30 km ke arah selatan dari pusat kota Tulungagung.

Peta Kabupaten Tulungagung
Sumber : disini
Dari kota Tulungagung ke Pantai Popoh bisa ditempuh dengan sepeda motor atau kendaraan pribadi. Sepanjang jalan sudah beraspal mulus, memudahkan kita untuk menuju ke lokasi. Meskipun ketika mendekati lokasi ada beberapa ruas jalan yang berlobang di sana-sini menunggu sentuhan pemerintah daerah untuk segera diperbaiki, namun secara umum jalannya sudah bagus.

Untuk menuju Pantai Popoh kita melewati beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Boyolangu, Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan Besuki. Di sepanjang jalan Kecamatan Boyolangu pemandangan rumah penduduk, sawah, pasar dan beberapa sekolah. Tidak kalah menariknya ada Gunung Budheg yang konon berdasarkan legenda Kabupaten Tulungagung adalah penjelmaan Joko Bodho yang dikutuk ibunya menjadi batu besar karena ketika dipanggil oleh sang ibu berulangkali tidak menjawab. Saat itu Joko Bodho melaksanakan tapa bisu selama 40 hari yang merupakan syarat untuk mendapatkan cinta seorang putri yang bernama Rara Ringgit. Oleh mahasiswa ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dibuatkan topi dari anyaman bambu yang dinamai cikrak raksasa, karena ukurannya yang besar, yang diletakkan di atas kepala Sang Joko Bodho. Sehingga jika dilihat dari kejauhan terlihat seperti seorang yang duduk bertopikan cikrak.

Selanjutnya memasuki kecamatan Campurdarat dan kecamatan Besuki yang merupakan penghasil kerajinan batu onix atau marmer. Di sepanjang jalan desa Gamping, kecamatan Campurdarat banyak etalase di depan rumah penduduk yang memajang aneka kerajinan marmer, mulai dari hiasan-hiasan seperti: bulatan berbentuk telur, vas bunga, kap lampu sampai meja marmer berbagai ukuran. Kerajinan marmer ini sudah dikirim keluar pulau bahkan keluar negeri.

Sejurus kemudian pemandangan berganti dengan pegunungan kapur. Rumah penduduk semakin jarang dan pemandangan berganti hutan di sebelah kanan dan kiri jalan. Layaknya jalan menuju ke pantai, yang berkelok naik turun, akhirnya tibalah kita di Pantai Popoh. Di jalan masuk ada gapura bertuliskan Pantai Indah Popoh.

Setelah membayar retribusi masuk lokasi dan membayar parkir, kita bisa menikmati pemandangan di sekitar. Di dekat pintu masuk ada bangunan berbentuk joglo atau pendapa agung. Bangunan besar tanpa pintu ini biasanya dipakai para pengunjung untuk beristirahat atau sekedar menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Tetapi bagi Anda yang tidak membawa bekal tidak perlu khawatir karena di sini tersedia berbagai macam warung dan rumah makan.

Di Pantai Popoh ini juga sering diadakan berbagai macam pertunjukan seni budaya dan hiburan, seperti wayang kulit, jaranan, musik dangdut dan acara-acara yang digelar oleh masyarakat umum seperti resepsi dan seminar. Setiap minggu kedua bulan Suro (Muharram) di Pantai Popoh juga diselenggarakan upacara adat Labuh Sembonyo yaitu serangkaian upacara adat yang ditujukan kepada Ratu Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan.

Di sini juga banyak kios yang menjual aneka macam souvenir seperti: kerajinan perahu yang terbuat dari kayu dan bambu, aneka hiasan dari kerang, baju, topi, dan lain-lain. Ada juga kios penjual ikan asap, kalau pintar menawar pasti mendapat harga yang lumayan miring jika dibandingkan dengan harga normal di pasar tradisional.

Anak-anakpun bisa berfoto dengan aneka patung hewan yang dipajang di sana. Bahkan ada beberapa hewan seperti monyet dan burung yang juga sengaja dipelihara dan diletakkan di dalam kerangkeng. Ada juga mainan sederhana seperti ayunan dan jungkat-jungkit. 


Nah, saatnya kita menikmati pemandangan laut Pantai Popoh.
Pantai Popoh berbentuk teluk, yaitu laut yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Pantai Popoh berada di ujung timur Pegunungan Kidul. Karena berbentuk teluk itulah membuat air laut di Pantai Popoh cukup tenang, sehingga dimanfaatkan untuk berlabuh perahu para nelayan. Angin lautnya juga tidak begitu kuat. Para pengunjungpun akan merasa nyaman berendam dan bermain air sambil menikmati indahnya pemandangan gunung sejauh mata memandang. Atau hanya sekedar mengobrol dan duduk-duduk di tepi pantai sambil menikmati desiran angin laut dan menikmati pemandangan pegunungan yang eksotik. Tempat ini benar-benar cocok untuk merefresh pikiran dari rutinitas sehari-sehari dan kejenuhan.

Pantai Popoh berbentuk teluk 
Perahu nelayan berlabuh
Pada hari libur besar, terutama saat libur lebaran bisa dipastikan Pantai Popoh dipadati oleh pengunjung. Anda tinggal memilih waktu yang tepat sesuai keinginan Anda.

Inilah salah satu wisata pantai yang ada di kabupaten Tulungagung yang harus dijaga dan dilestarikan. Mari kita ciptakan pantai yang bersih dan indah. Kalau ada waktu monggo silahkan mampir. 
Salam :)

Tulisan ini diikutsertakan dalam "Kontes Blog #3TahunWB - Warung Blogger Peduli Potensi Daerah


*****
Alhamdulillah dan Terimakasih Warung Blogger, tulisan ini menjadi pemenang 7-13. Sukses terus yaa :)



*****






Saturday, 10 May 2014

Pemandangan di Kaki Gunung Lawu

"Ma, yuk ke Jogja naik motor", terdengar suara suamiku dari speaker handphone-ku.
"Hah?! Ke Jogja naik motor?", jawabku agak terkaget-kaget.
"Aku kangen Ibu. Kalau gak mau, ya gak papa, nanti aku berangkat sendiri aja...", begitu kata suamiku.
Antara percaya atau tidak, aku masih sibuk dengan angan-anganku sendiri.
***
Itulah sepenggal pembicaraanku dengan suamiku beberapa waktu yang lalu.

Ke Jogja? Kenapa tidak?
Terus terang hatiku seneng banget, karena Jogja bagaikan rumah keduaku. Ibu mertuaku tinggal di Gamping Kidul, Sleman. Minimal setahun sekali kami sekeluarga selalu berkunjung ke Jogja untuk bersilaturahim dan melepas rindu. Selain Ibuku, kakak dan adik ipar juga tinggal di Jogja. Jadi ketika suamiku mengajak ke Jogja langsung berbinar-binarlah mataku seperti spongebob..hehe. Kumpul-kumpul, cerita-cerita, makan-makan, ketemu saudara dan kerabat, pasti menyenangkan.

Tapi ... kali ini naik motor?
Pertanyaan ini selalu terngiang-ngiang di telingaku dan bergumul di benakku.
"Apa aku kuat?"
"Nanti pantatku kesemutan gak?"
"Apa aku kuat duduk berlama-lama di jok motor?" (bayangin  7-8 jam duduk terus, apa pantat ini gak tebel...wkwk)
"Kuat gak ya?"
"Nanti masuk angin gak ya?"
Berbagai macam keraguan berkecamuk di kepalaku. Mengingat usia kami sudah bukan usia muda lagi. Sulung kami sudah sekolah SMP, sudah Abegeh :p

Biasanya kalau pergi ke Jogja kami bawa mobil atau naik kereta api, karena Tulungagung-Jogja itu jaraknya kurang lebih  251 km. Anak-anak juga lebih enjoy dalam perjalanan, beda kalau naik bus. Biasanya kalau naik mobil perjalanan kami tempuh dalam waktu 6-7 jam. Tapi pernah juga kami tempuh 12 jam perjalanan karena efek macet saat mudik lebaran.

Akhirnya entah ada angin darimana (ciee...) atau aku mungkin sudah mendapat hidayah , aku setuju kalo aku dan suamiku berangkat ke Jogja hanya berdua, tanpa anak-anak, dengan berkendara motor Tiger kesayangan suamiku. Dan Alhamdulillah ternyata perjalanan yang kami sebut touring with tigy ini benar-benar pengalaman yang amazing. Karena ini juga merupakan hadiah ulang tahun-ku di bulan Januari 2014 kemarin. Yeayyy ... akhirnya kami tidak sabar lagi menunggu waktu yang sudah ditentukan.
Tigy adalah sebutan untuk sepeda motor Honda Tiger milik suamiku.
***
Tibalah saatnya waktu yang dinanti-nantikan. Touring with Tigy dimulai.
Anak-anak dititipkan kepada nenek dan tantenya (baca= ibuku dan adikku). Sebenarnya ada perasaan agak berat ya, pergi berdua saja tanpa anak-anak. Karena di usia pernikahan kami yang ke-13 tahun ini, kami hampir tidak pernah pergi tanpa anak-anak. Minimal salah satu dari mereka pasti ikut. Tapi suamiku meyakinkan, "sudahlah..ndak papa, kita pergi kan cuma sebentar"

Oke baiklah. Akhirnya dengan berbekal seminim mungkin kami berdua berangkat menuju Jogjakarta. Karena kami naik motor, maka perlengkapan seperti jas hujan, obat-obatan, keperluan sholat tidak lupa nangkring di bagasi motor portable yang dipasang di jok belakang. 
Penampakan Kami Berdua Saat Berangkat
Rute yang kami pilih adalah jalur Tulungagung-Kediri-Madiun-Magetan-Karanganyar-Surakarta-Klaten-Jogjakarta. Jalur ini baru pertama kali kami lalui. Menurut suami lebih dekat kalau pakai motor. Ini suami juga dapat informasi dari temannya. Jadi masih belum bisa dibuktikan kebenarannya, hahaha. 

Biasanya kami melewati Sragen,yaitu jalur bus Surabaya-Jogjakarta, dimana jalannya cenderung mulus karena jalur antar kota antar propinsi. Dan dijamin tidak akan tersesat.

Sumber Foto: di sini
Perjalanan Tulungagung-Kediri kami lalui dengan lancar.Di daerah Mojo-Kediri sempat ada operasi satlantas. 
Pak Polisinya sempat bertanya, "Mau kemana ini Pak"
"Ke Jogja, Pak", jawab suamiku. 
Kelihatan Pak Polisinya agak tidak percaya. "Wah, jauh juga ya? Semoga Ibu tidak capek. Selamat jalan, Pak"
Mungkin beliau meragukan aku kali yaa, hihi. Aku dengan badanku yang lumayan jumbo bersepeda motor ria ke Jogjakarta yang jaraknya ratusan kilometer :p

Akhirnya setelah menempuh waktu kurang lebih 2 jam, kami rehat sebentar di POM Bensin di daerah Nganjuk. Kami melaksanakan ibadah sholat dulu karena sudah masuk waktu dhuhur. Kebetulan ada tukang bakso juga yang jualan di situ. Lumayan semangkuk bakso mengganjal perut kami untuk sekedar makan siang. Tidak lupa telepon anak-anak. Baru beberapa jam rasanya sudah kangen, hiks.

Perjalanan lanjut ke arah Madiun. Mulai masuk kota Madiun perjalanan kami dihiasi hujan. Terpaksa kami berteduh sebentar untuk memakai jas hujan, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali. Tetapi tidak berapa lama hujan reda, sehingga kami kembali berhenti untuk melepas jas hujan. Masuk perbatasan Madiun-Magetan kembali hujan mengguyur kami berdua. Akhirnya kami putuskan untuk memakai jas hujan terus saja. Capek rasanya berhenti hanya untuk memakai dan melepas jas hujan.

Sepanjang perjalanan kami nikmati dengan riang. Sama sekali tidak ada perasaan sengsara, atau bahkan mengeluh. Sedikitpun tidak ada rasa itu. Hal ini mungkin disebabkan kami boncengan motor berdua ya? Jadi seperti orang pacaran saja, hehehe.
Kami ngobrol sepanjang jalan dengan sedikit mengurangi kecepatan. Atau ketika suami bilang, "pegangan....!". Ini sinyal kalau suami mau fokus mengendalikan Tigy-nya dengan tentu saja menambah kecepatan. Kalau sudah begini saya hanya bisa pegangan kuat, sambil mulut saya tidak berhenti berdoa. Swear! Saya benar-benar takut kalau sudah begini. Tapi Alhamdulillah suasana seperti ini tidak terus-terusan. Bisa mati kaku sayahhh..wkwkwk.

Akhirnya kami masuk kota Magetan. Ini kali pertama saya menginjakkan kaki, eh menginjakkan roda motor, di kota Magetan. Ternyata kotanya ramai juga. Menurut saya hampir sama dengan kota Malang. Apalagi saat itu hujan mengguyur tiada hentinya. Jadi seperti di kota Batu-Malang. Hawanya sejuk dingin.
Dengan bekal bertanya kepada seorang bapak yang ketemu saat berhenti di lampu merah, bapak itu memberi petunjuk kemana arah yang harus kami tempuh kalau mau ke Jogja. Bapak itu bilang ke suami saya, "Jalannya sudah bagus kok pak, jalan baru."
"Alhamdulillah", pikirku. Karena aku sudah takut duluan. Jangan-jangan nanti jalannya makadam, berkelak-kelok naik turun, melewati hutan. Ih, serem yaaa....apalagi pas hujan gini.

Ketika lampu menyala hijau, suamiku langsung tancap gas ke arah jalan yang diberitahu oleh bapak yang baik hati tadi, tentu saja kami tidak lupa mengucapkan terimakasih dan say goodbye. Halah :p

Benar memang apa yang dikatakan bapak tadi. Sepanjang jalan berkelak-kelok menanjak, jalannya masih halus mulus, sepertinya memang baru saja diperbaiki.
Semakin ke atas udara semakin dingin, apalagi ditambah hujan yang terus mengguyur. Dan kabut semakin lama semakin tebal. Menurut perasaanku, pasti kita sedang menuju ketinggian.

Perasaanku tidak salah, ternyata memang kami sedang melewati jalur kaki Gunung Lawu tempat Telaga Sarangan berada. Sepanjang jalan pemandangannya sangat indah. Kami bisa melihat sawah dan beberapa rumah penduduk di pinggir jalan. Semakin lama rumahnya semakin sedikit, karena semakin lama kami sudah berada di sebuah ketinggian. Kami juga bisa menikmati pemandangan di bawah sana, rumah-rumah yang terlihat kecil karena kami melihatnya dari atas. Seakan-akan kami menembus awan. Benar-benar luar biasa!

Akhirnya kami sampai pada suatu tempat yang menurut kami cocok untuk berhenti sejenak untuk sekedar berfoto, makan snack dan minum.
Sejenak Menikmati Pemandangan

Telaga Sarangan Kelihatan Kecil Tampak dari Kejauhan


Pemandangan Jalan yang Berkelok

Jalan Menuju Telaga Sarangan
Di sepanjang jalan kami ternyata tidak sendirian. Begitu banyak anak muda juga bersepeda motor. Ada yang berkendara sendiri, ada yang boncengan. Tetapi kebanyakan dari mereka bersimpangan dengan kami. Itu artinya mereka mungkin sudah naik dari tadi pagi dan sekarang sudah waktunya pulang. Dan itu juga berarti semakin ke atas semakin sepi dung. Padahal kami masih harus naik lagi sedikit, kemudian jalan akan menurun dan berkelok untuk menuju Karanganyar melewati Tawangmangu.

Benar juga. Mungkin karena waktu yang sudah sore dan cuaca sedikit gerimis, tidak banyak kendaraan yang searah dengan kami. Akhirnya kami sampai di persimpangan jalan, jika belok ke kiri menuju Telaga Sarangan, jika terus/naik menuju Tawangmangu. Kami terus naik karena mau ke Karanganyar.

Jalan yang kami lewati tidak semulus tadi. Banyak lubang di sana-sini sehingga suami harus mengurangi kecepatan motornya. Pemandangan di sisi jalan hanya hutan dengan pohon dan batu-batu besar yang umurnya sudah tua, membuat hati ini agak merinding. Akan tetapi tetap indah dipandang sambil kami ngobrol sepanjang jalan.



Akhirnya kami sampai di tanjakan tertinggi, karena memang sudah tidak ada jalan naik lagi.
Di pinggir jalan banyak kedai kecil yang menjual aneka makanan dan minuman. Sekali lagi capek kami terbayarkan dengan 2 cangkir kopi panas dan jagung bakar yang masih panas juga. Sekali lagi aku berdecak kagum, sambil menikmati hangatnya kopi dan makan jagung bakar - lagi-lagi - kami bisa menikmati pemandangan yang indah.



Cukup sudah sepenggal cerita perjalanan 123km pertama saya naik motor bersama suami. Pengalaman dan pemandangan yang tidak bisa terlupakan. Terimakasih untuk hadiah ulang tahun yang sangat berkesan ini. Meskipun kami masih harus menempuh jarak 128km lagi ke Jogja, rasanya tempat inilah yang menjadi kesan dari perjalanan kami.

Suatu saat kami akan kembali lagi ke tempat ini, tentu saja bersama anak-anak. Dan mungkin tidak mengendarai motor lagi.
***
"A Place to Remember Give Away"