Menjadi Ibu Rumah Tangga atau Menjadi Wanita Karier?
Dua buah pilihan yang mungkin sama-sama berat. Sebagai seorang wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak tentu saja harus bisa memilih dengan berbagai macam konsekuensi yang harus dihadapi. Mau menjadi full time mommy atau mau berkarir menurut saya semua sama, sama-sama keluarga lah yang menjadi nomor satu.
Sebagai seorang ibu, jelas tidak bisa melepas perannya dalam hal mengurus rumah tangga. Yaitu mulai dari melayani anak-anak dan suami, sampai mengurus keperluan rumah tangga yang lain seperti: antar jemput anak-anak sekolah, belanja, beres-beres rumah, memasak dll.
Semua itu mungkin akan terhandle dan beres jika kita menjadi full time mommy. Tapi apa yang terjadi ketika seorang ibu harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga atau bahkan memang sudah menjadi pilihan hidupnya menjadi wanita karier? Ada sebagian dari pekerjaan ibu yang harus dilimpahkan mungkin dengan adanya ART (Asisten Rumah Tangga), atau berbagi tugas dengan suami tercinta.
Yang jelas apapun keputusan seorang ibu untuk bekerja atau tidak, semua memiliki konsekuensi, dan konsekuensi itulah yang harus ditanggung oleh seorang ibu sesuai dengan keputusannya.
Ada beberapa ibu yang memutuskan untuk bekerja online dari rumah saja misalnya dengan alasan masih bisa mengawasi anak-anak. Hal ini juga mengandung beberapa konsekuensi antara lain : harus bisa membagi waktu antara bekerja dan mengurus rumahtangga. Karena meskipun kata-katanya sederhana, bekerja dari rumah, bekerja ya bekerja, harus tetap profesional. Kita harus pintar-pintar membagi waktu. Misalnya : bagi yang punya bayi bekerja saat si baby sedang tidur, bagi yang punya anak-anak usia sekolah bekerja pada saat mereka sekolah, atau saat malam hari saat semua anggota keluarga sudah tidur. Capek? Memang capek, karena kita sudah memutuskan bekerja dari rumah, sementara anak-anak dan suami tetaplah yang utama.
Untuk ibu yang bekerja di luar atau bekerja di kantor juga harus meluangkan waktu untuk memperhatikan anak-anak dan suami. Luangkan waktu untuk menyediakan sarapan untuk mereka, atau minimal menemani mereka sarapan. Jika setiap hari ibu cenderung pulang malam mungkin bisa menanyakan kegiatan anak-anak pada siang harinya. Mengobrol ringan dengan anak-anak dan suami tentu saja akan sedikit menggantikan waktu yang terbuang seharian ketika ibu berpisah dengan mereka. Jangan lupa selalu berkomunikasi, meskipun sekedar sms-an, bbm-an, whatsapp-an dll. Kata-kata sederhana yang kelihatannya sepele merupakan sebuah motivasi yang besar untuk orang-orang yang kita cintai. Seperti kata-kata: "sudah makan sayang?" , "I love You", " 'met pagi sayang", dll
Jadi apapun pilihan ibu, bekerja atau tidak, bekerja di rumah atau di luar rumah, masing-masing mempunyai konsekuensi yang harus ditanggung dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Apapun keputusan ibu, nomor satu tetep keluarga dan suami tetap menjadi imam di suatu rumah tangga.
Semoga tulisan sederhana saya ini bisa sedikit memberi semangat untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Karena apapun keputusan kita, kita harus menghadapinya dan menjalani semua konsekuensi yang diakibatkannya.
Salam semangat :)
dulu saya pengen banget jadi wanita karier, tp sejak sakit cukup lama saya jadi lebih memilih jadi IRT. slm knal mak
ReplyDeleteHai Mak Susan...Salam kenal juga ya Mak. Makasih sudah mampir kesini. IRT tapi tetep eksis ya Mak, tetep berkarir walau dari rumah :)
DeleteHidup adalah pilihan. Apapun yang kita pilih pasti ada konsekuensi yang kita tanggung. Maka antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga harus saling menghormati pilihan masing-masing
ReplyDeleteBetul banget Mak. Karena semua pasti punya kelebihan masing-masing dan berusaha melengkapi kekurangannya :)
DeleteIya mak, bekerja dari rumah juga ada kesulitan-kesulitannya, gak semudah yang orang kira (meskipun menurut saya jauh lebih nyaman), kita harus bisa disiplin waktu. Saatnya kerja ya kerja, saatnya sama anak ya sama anak.. Yang susah adalah, saat kita dikejar deadline dan anak minta perhatian.. huhuu..suka dilema :p
ReplyDeletehehe itulah seninya Mak. Harus pintar-pintar bagi waktu dan multitasking :)
Deletekalau baca yang kaya gini, jd ikut trenyuh, saya dan istri saya sama2 kerja, istri saya di kota A dan saya di kota B, LDR gitu, tiap minggu baru ketemu, anak juga masih kecil, ternyata LDR itu memang sangat2 tidak enak, tidak enak di hati, tidak enak di ongkos dan lain2. Doakan ya mbk, semoga bisa dekat dgn keluarga.
ReplyDeleteAtau mbk mau bagi usaha onlinenya.hehe, ngarep mode : on.
dijalani dengan ikhlas dan tawakal aja Mas.
Deleteya beginilah hidup yang selalu ada keputusan berikut konseksuensinya.
yang penting selalu ada quality time bersama keluarga.
tetep semangat ya Mas!
wah untuk usaha online monggo mas, email saya saja di setyarini.ninik@gmail.com
Duh... namanya juga perjuangan ya Mak, harus ihlas dengan pilihan. Saya sendiri LDR 11 tahun dengan suami. Mau tak mau saya hrs di rumah demi anak. Tidak enak, tapi kita harus yakin bayaran dari Allah pasti ada.
ReplyDeletebener Mak, setiap keputusan pasti mempunyai konsekuensi yang harus dijalani dengan ikhlas :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteMANTAP GAN ARTIKELNYA
ReplyDeletethanks
ReplyDelete