Setiap menulis artikel yang bertema Ibu, sepertinya saya selalu kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan betapa besarnya kasih sayang seorang Ibu. Cinta tulus yang tanpa batas, jelas tidak diragukan lagi. Apalagi setelah saya mencapai umur kepala empat seperti sekarang ini dan saya juga sudah menjadi seorang Ibu dari 3 anak laki-laki saya, semua cerita tentang kasih sayang Ibu sepertinya selalu mengharubiru.
Sekarang saya memiliki dua sosok Ibu, yaitu Ibu Kandung dan Ibu Mertua. Dua-duanya adalah Ibu yang luar biasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dua sosok yang dengan keikhlasannya merawat anak-anaknya sejak kecil hingga kami bisa mandiri seperti sekarang ini, benar-benar kasih sayang yang tidak ada duanya.
Ibarat Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah, yang artinya kasih Ibu itu tiada akhir, kasih sayang anak terbatas, bahkan kadang tidak sama sekali. Kasih sayang Ibu kepada anak-anaknya tidak bertepi dan tidak bersyarat. Tidak peduli anak-anaknya masih kecil atau sudah berumur, tidak peduli anak-anaknya sudah berpangkat tinggi atau menjadi orang biasa saja. Bagi seorang Ibu, anak-anaknya adalah tetap "makhluk kecil kesayangannya", yaitu anak-anak yang pernah dikandungnya selama sembilan bulan 10 hari, anak-anak yang selalu ingin disirami dengan kasihsayangnya yang tanpa batasan apapun, termasuk batasan usia. Tidak ada bekas Ibu atau bekas anak. Seperti itu jugalah apa yang seharusnya saya lakukan kepada anak-anak saya.
Ibarat Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah, yang artinya kasih Ibu itu tiada akhir, kasih sayang anak terbatas, bahkan kadang tidak sama sekali. Kasih sayang Ibu kepada anak-anaknya tidak bertepi dan tidak bersyarat. Tidak peduli anak-anaknya masih kecil atau sudah berumur, tidak peduli anak-anaknya sudah berpangkat tinggi atau menjadi orang biasa saja. Bagi seorang Ibu, anak-anaknya adalah tetap "makhluk kecil kesayangannya", yaitu anak-anak yang pernah dikandungnya selama sembilan bulan 10 hari, anak-anak yang selalu ingin disirami dengan kasihsayangnya yang tanpa batasan apapun, termasuk batasan usia. Tidak ada bekas Ibu atau bekas anak. Seperti itu jugalah apa yang seharusnya saya lakukan kepada anak-anak saya.
Menjadi seorang Ibu memang merupakan anugerah. Di salah satu sisi harus bisa menjadi tauladan yang baik bagi anak-anaknya, di sisi yang lain harus bisa memberikan kasih sayang tanpa syarat kepada anak-anaknya. Terkadang karena terlalu sayangnya kita kepada anak, sampai-sampai kita sebagai orangtua tidak mau mengajari anak mandiri karena merasa kasihan, tidak memberi kebebasan kepada anak untuk mengambil jalan hidupnya sendiri karena khawatir yang berlebihan, selalu memproteksi anak kemanapun mereka pergi. Padahal, yang seharusnya dilakukan orangtua adalah mendukung dari belakang segala kegiatan anak yang positif, dan memberikan proteksi dan batasan-batasan hanya atas segala sesuatu yang bisa menjerumuskan mereka ke jalan yang tidak benar. Anak adalah titipan dari Tuhan yang harus diberi kasih sayang dan dukungan penuh untuk berkembang.
Kisah Dua Ibuku...
Ibu Kandungku adalah seorang pensiunan guru yang berprinsip bahwa sangu ilmu (bekal ilmu) itu lebih berguna daripada sangu donya (bekal harta). Ibuku ini orangnya pendiam, dan jarang sekali berbicara, bahkan kepada anak-anaknya sekalipun. Tetapi bukan berarti semua anaknya juga ikut pendiam. Contohnya saya, saya kalau sudah ngomong kadang sulit untuk berhenti. *kok jadi curcol hihihi*
Meskipun Ibu jarang berbicara, tapi saya tahu bahwa kasih sayangnya seluas samudera dan tak tergantikan. Ketika kami dalam kondisi senang, dari raut muka Ibu, kami bisa melihat binar-binar di matanya dengan senyum dikulumnya yang khas. Ketika kami dilanda masalah, Ibupun tidak berhenti berdoa dan berpuasa sebagai wujud keprihatinan atas musibah yang kami alami. Kami tahu, semua pengorbanan Ibu selama ini tidak akan terbalas oleh apapun, dan sudah selayaknya kami harus bisa membuat Ibu bahagia dan bangga di usianya yang sudah tidak muda lagi.
Ibu Mertuaku adalah seorang Ibu yang luar biasa. Beliau begitu menyayangi anak-anaknya, meskipun terkadang over protected. Tetapi semua itu Beliau lakukan tidak lebih sebagai wujud kasih sayang yang terlalu besar kepada anak-anaknya. Ibuku ini adalah sosok ibu rumah tangga yang sangat hobi bersih-bersih dan menyukai kerapian. Meskipun terkadang dengan hobinya ini banyak yang dibuat bingung karena kami jadi suka kehilangan barang yang ditaruh di atas meja, setelah dicari ternyata sudah 'diamankan' oleh Ibu.
Berbeda dengan Ibu Kandungku, Ibu Mertuaku ini suka sekali bercerita dan mengungkapkan perasaannya. Biasanya kalau sudah ngobrol atau bertelepon suka lupa waktu. Tapi inilah yang membuat susana jadi gayeng.
Waktu berlalu begitu cepat, usia juga semakin bertambah, sehingga jatah hidup di dunia ini semakin berkurang. Rasanya sampai saat inipun saya belum bisa membuat Ibu bahagia. Padahal sudah selayaknya Ibu mendapatkan kebahagiaan itu. Kadang saya terlalu sibuk dengan urusan saya yang tidak begitu penting dan mengabaikan waktu yang tersisa untuk Ibu. Padahal hanya dengan sapaan, "Ibu sudah sarapan?, Ibu sehat kan?, Ibu jangan capek-capek ya.", dan kalimat-kalimat simpel lainnya, itu sudah sangat membuat Ibu bahagia. Tidak selamanya sesuatu harus diukur dengan uang.
Kadang saya juga teringat betapa nakalnya saya yang kadang suka membantah kata-kata Ibu karena keegoisan saya, tapi kata maaf Ibu selalu ada untuk kami anak-anaknya. Cinta Ibu memang tidak berbatas dan tidak minta balasan. Cinta Ibu itu tulus, murni tanpa syarat.
Waktu berlalu begitu cepat, usia juga semakin bertambah, sehingga jatah hidup di dunia ini semakin berkurang. Rasanya sampai saat inipun saya belum bisa membuat Ibu bahagia. Padahal sudah selayaknya Ibu mendapatkan kebahagiaan itu. Kadang saya terlalu sibuk dengan urusan saya yang tidak begitu penting dan mengabaikan waktu yang tersisa untuk Ibu. Padahal hanya dengan sapaan, "Ibu sudah sarapan?, Ibu sehat kan?, Ibu jangan capek-capek ya.", dan kalimat-kalimat simpel lainnya, itu sudah sangat membuat Ibu bahagia. Tidak selamanya sesuatu harus diukur dengan uang.
Kadang saya juga teringat betapa nakalnya saya yang kadang suka membantah kata-kata Ibu karena keegoisan saya, tapi kata maaf Ibu selalu ada untuk kami anak-anaknya. Cinta Ibu memang tidak berbatas dan tidak minta balasan. Cinta Ibu itu tulus, murni tanpa syarat.
2 Ibu dalam hidupku |
Kalau cinta Ibu tanpa syarat, sudah seharusnya cinta anak juga tanpa syarat.
Terlalu sulit untuk mendeskipsikan sosok ibu :-) Beliau segalanya bagi diri kita sendiri..
ReplyDeleteiya Mas ...pokoke IBU IS THE BEST :)
DeleteTerima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
ReplyDeleteSegera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
Maturnuwun Pakdhe, semoga berkenan :)
DeleteSalam hangat kembali dari Tulungagung
Hati Ibu seluas Samudra.
ReplyDeleteHati Anak seluas Samudra....Elektronik (Jl Jend Basuki Rachmad 17-19)
iyo Mas, waktu aku mantenan dulu juga pake jasa video shooting Samudera Electronic...hihi
Deletetak akan ada habisnya ya, jika kita bercerita ttg ibu...
ReplyDeletebener Mbak, gak ada habisnya dan gak akan pernah bisa dihitung.... Subhanallah
Deletekapan yah syaa punya ibu mertua mbak hahah haseee
ReplyDeleteeleuh2...ucapkan dalam setiap doa mas Angki agar diberikan istri sholeha...aamiinnn
Deleteotomatis ntar dapat ibu mertua deh, hehe
Aihh...bahagianya bila mampu mensejajarkan keduanya. Jarang-jarang lho yang bisa!
ReplyDeletepada awalnya memang harus melalui banyak tahapan penyesuaian, Mbak
Deletetinggal dikuti aja proses demi proses
pada akhirnya, kita harus menyejajarkan keduanya, karena ibu mertua adalah ibu kandung dari suami kita :)
Ibu kandung dan mertua yang keren Mba. Ngga ada ya Ibu mertua galak hehehe (Y)
ReplyDeletehttp://nahlatulazhar-penuliscinta.blogspot.com/2014/11/mama-rahasia-di-bali-kediaman.html
makasih Mbak....
Deleteitu hanya mitos Mbak .... hehe
Kasih Ibu itu unlimited, limited edition. Jadi jgn disia-siakan..
ReplyDeleteyup bener banget, jangan sampai menyesal di kemudian hari
Deletekalau udah ngomongin tentang ibu suka kehabisan kata-kata yah bu, baru mau nulis udah nangis duluan T.T
ReplyDeleteaku ketawa lho baca kebiasaan ibu mertuanya, soalnya sama kaya ibu aku, suka bersih2 dan suka rapiin barang. saking rapinya sampe itu barang susah dicari karna gak ngeh naronya dimana hehehe
hahaha.....toss dulu...
Deletetapi kasihan Ibu, kalo ada barang yg ketlingsut mesti jadi 'tersangka utama'...hehe
Salam kenal, saya gak sengaja nemu blog ini..tadinya sekilas-seklas saja baca artikel lain, tapi yg tulisan tentang ibu ini selalu menarik untuk dibaca..begitu juga tulisan mbak ninik...itung-itung sebagai pengingat kembali apa yang sudah kita berikan untuk ibu ...trims
ReplyDeleteMANTAP GAN ARTIKELNYA
ReplyDelete