Cerita saya kali ini sebenarnya masih ada hubungannya dengan postingan saya tahun kemarin, yaitu tentang Kesenian Tradisional Reog Kendang Khas Tulungagung yang bisa Anda baca di sini. Saat itu di acara perpisahan SD di sekolahnya, Kakak Ony (anak kedua saya) menampilkan atraksi Tari Reog Ponorogo dan Bujang Ganong bersama dengan teman-teman sekelasnya.
Tarian ini lebih pada kreasi anak-anak yang dibantu oleh guru kesenian sekolah. Meskipun jauh dari kelengkapan atribut penari reog, anak-anak ini bisa diacungi jempol karena keberanian mereka beratraksi di atas panggung.
Beberapa minggu sebelum acara berlangsung Ony memang sering keluar rumah setelah pulang dari sekolah untuk latihan menari, dan dia minta dibelikan topeng Bujang Ganong. Saya sebagai ibunya selalu mendukung kegiatannya asal itu kegiatan yang positif dan bermanfaat.
Sampai akhirnya tepat satu hari sebelum acara dimulai, Ony bilang, "Ma, besok Ony tampil pakai celana jeans aja ya? Kata Bu Guru ndak papa, ndak usah beli."
Hadeh!! Masak iya Bujang Ganong pakai celana jeans? :p
Akhirnya malam itu saya mengantar Ony ke pertokoan dekat rumah untuk mencari kostum Bujang Ganong. Entah saat itu tidak ada pikiran untuk menyewa saja di salon. Si Kakak hanya minta dibelikan celana gombrong warna hitam. Itu saja!
Akhirnya kami membawa pulang celana hitam itu dan tentu saja langsung masuk mesin cuci, diangin-anginkan dan lalu paginya disetrika agar si Kakak memakainya dengan nyaman dan wangi.
Mukanya serem ya? :p |
Tiba keesokan harinya si Kakak dan teman-temannya tampil.
Saya sempat dibuat bangga anak-anak tampil dengan penuh percaya diri, dan membuat penonton bertepuktangan. Terutama penonton anak-anak yang terlihat antusias. Segerombolan penari reog menari di atas panggung dengan kostum sederhana, mereka membawa topeng naga (di Tulungagung namanya barongan) di atas kepala mereka sambil meliuk-liuk dan menggerakkan kepala naga seolah-olah mau menerkam mangsanya. Hingga akhirnya datanglah si Bujang Ganong yang membinasakan naga satu persatu. Pertunjukan diakhiri dengan kemenangan sang Bujang Ganong dan para naga yang dibangunkan satu persatu, kemudian mereka menari bersama-sama dan berakhirlah pertunjukan ini.
Dua jempol untuk Ony dan teman-teman yang sudah tampil.
Suasana energik sangat terasa saat musik berkolaborasi dengan gerakan-gerakan tarian |
Team yang kompak |
Bujang Ganong
Bujang Ganong digambarkan sebagai sosok bertubuh pendek, buruk rupa, berhidung besar, bermata melotot, bergigi tonggos dan berambut panjang gimbal . Biasanya Bujang Ganong hanya sebagai pelengkap dalam pertunjukan Reog Ponorogo. Dengan gerakan yang lucu Bujang Ganong menggoda Barongan Reog dan penari-penari lainnya, sambil sesekali berinteraksi dengan penonton. Baru sekitar tahun 1980-an Tari Bujang Ganong dikembangkan dengan banyak menampilkan atraksi akrobatik di dalamnya.
Bujang Ganong sebenarnya adalah karakter dari seorang Patih Muda yang bernama Pujangga Anom yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Tari Bujang Ganong selain menampilkan pertunjukan yang atraktif, juga mengandung teladan bahwa kualitas seseorang tidak bisa diukur hanya dari penampilan fisiknya saja. Di balik penampilan fisik Bujang Ganong yang buruk rupa, Bujang Ganong adalah seorang abdi dan perwira tinggi yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka, sakti, penuh dedikasi, rendah hati, jujur, dan tulus tanpa pamrih. Kualitas karakter inilah yang akhirnya membuat Bujang Ganong memegang peranan penting dan menjadi tokoh sentral dalam seni pertunjukan Reog Ponorogo.
Ternyata banyak hal positif yang bisa kita petik dari sosok Bujang Ganong ini. Janganlah menilai seseorang hanya dari kulit luarnya saja, seperti yang lagi ngetrend saat ini. *Gak mau ngomongin politik ah :p *
Mama dan "Bujang Ganong" Ony |
Kualitas seseorang itu ditentukan dari apa yang sudah diperbuatnya untuk orang lain. Setuju?
*****
Sumber:
http://kotareog.com/2013/02/bujangganong/
*****
Serem amat liat topeng reognya mbak hehe
ReplyDeleteKalau liat saya dijamin nda serem deh
DeleteHihihihi
iya mbak Ai...apalagi kalau liatnya malam hari....hihi
Deletemas Asep: ndak serem tapi medeni...haha...piss
wihh seram juga reog nya ya buk ninik, hehehe, tapi seru kelihatannya acaranya..
ReplyDeleteseru banget, dan yg paling penting kita harus turut melestarikan budaya daerah :)
DeleteIkutan joget nggak mbak waktu main reog? :-)
ReplyDeletehehe.....pokoke joged.... :D
Deletewaah hebat ya kakak Ony... senang deh melihat anak2 bisa melestarikan kebudayaan bangsa kita ini ya mba...
ReplyDeletemakasih Tante :)
Deleteiya Mbak, sudah seharusnya mereka mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsa kita...
Topeng reog ini kalau jadi kostum hallowen, pasti jadi yg terseram ya..
ReplyDeletehihi ... betul betul...
Deletetrick or thread :D
Bagus sekali jika anak-anak mau menguri-uri budaya kita ya Jeng.
ReplyDeleteYuk ikut kontesku dalam rangka Hari Ibu
Salam hangat dari Jombang
iya Pakdhe...
Deleteduuh jadi mau malu nih Pakde saya belum submit artikel lombanya...
insyaAllah pasti ikut, prioritas pokoke...
salam hangat kembali dari Tulungagung :)
MANTAP GAN ARTIKELNYA
ReplyDeleteMANTAP GAN ARTIKELNYA
ReplyDelete