Rata-rata jawabnya pasti, "saat muda kaya raya, saat mati masuk surga." Enak banget yaa ;)
Saat itu saya dan teman-teman hanya iseng saja sih menjawabnya, tapi sebenarnya kalau dicerna lebih mendalam akan menjadi bahan perenungan yang sangat mendalam juga.
Apa sesungguhnya yang Anda inginkan dalam hidup ini?
Kebahagiaan? Kekayaan? Kesuksesan? Kedamaian?
Kalau saya disuruh memilih, maka saya akan pilih semua asal yang baik-baik dan yang enak-enak. Ya bahagia, ya kaya, ya sehat, ya damai, ya sukses, dan semua yang enak-enak tentunya. Maunya sih? Hehehe
Tapi keinginan ya tinggal keinginan, karena hidup ini tidak semudah yang kita lihat dan kita bayangkan. Tentu saja pada kenyataannya tidak semudah teori para motivator terkenal itu. Hidup mengenal roda kehidupan, ada kalanya jalan mulus tanpa hambatan terbentang di depan kita, bahkan terkadang jalan terjal beronak duri dan berliku yang harus kita lalui. Sesungguhnya hidup ini adalah tempat untuk belajar, tempat berjuang, dan tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan yang lebih kekal. Tentu saja hal ini berlaku bagi orang yang mau berubah ke arah yang lebih baik.
Hidup positif adalah pilihan
Yang jelas dengan menjalani hidup ini dengan positif, hidup akan terasa lebih nyaman. Ketenangan dan kedamaianpun akan didapat.
Tetapi kadang terasa betapa sulitnya untuk mengendalikan diri. Hal ini sangat manusiawi. Manusia selalu dikuasai hawa nafsu. Kita akan marah jika disakiti. Kita akan bahagia jika disanjung. Padahal terkadang semua yang kita hadapi di depan mata itu adalah sesuatu yang palsu. Kenapa seorang tuna netra lebih peka daripada seorang yang penglihatannya normal? Itu karena seorang tuna netra melihat segala sesuatu lebih dengan mata hatinya.
Jadi hidup positif adalah suatu pilihan, karena sangat berkaitan dengan pengendalian hawa nafsu. Motivasi itu bagaikan sarapan pagi yang harus disantap setiap hari.
Hidup positif adalah pilihan
Yang jelas dengan menjalani hidup ini dengan positif, hidup akan terasa lebih nyaman. Ketenangan dan kedamaianpun akan didapat.
Tetapi kadang terasa betapa sulitnya untuk mengendalikan diri. Hal ini sangat manusiawi. Manusia selalu dikuasai hawa nafsu. Kita akan marah jika disakiti. Kita akan bahagia jika disanjung. Padahal terkadang semua yang kita hadapi di depan mata itu adalah sesuatu yang palsu. Kenapa seorang tuna netra lebih peka daripada seorang yang penglihatannya normal? Itu karena seorang tuna netra melihat segala sesuatu lebih dengan mata hatinya.
Jadi hidup positif adalah suatu pilihan, karena sangat berkaitan dengan pengendalian hawa nafsu. Motivasi itu bagaikan sarapan pagi yang harus disantap setiap hari.
Anda ingin bahagia atau sukses?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebahagiaan adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Sedangkan kesuksesan adalah berhasil, beruntung.
Kebahagiaan biasanya dihubungkan ketenteraman batin, sedangkan kesuksesan biasanya dihubungkan dengan harta benda yang melimpah.
Pada akhirnya kita sendirilah yang harus bisa mengukur kebahagiaan dan kesuksesan kita sendiri. Sejauh mana kita merasa sukses? Sejauh mana kita merasa bahagia?
Sejauh ini saya memandang kebahagiaan dan kesuksesan adalah 2 hal yang saling berkaitan. Karena jika kita sukses pasti kita akan merasa bahagia. Sebaliknya kalau kita bahagia, pasti kita akan merasa sukses (beruntung). Dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Contoh sederhana, ada seorang tukang becak yang dengan penghasilan pas-pasan berhasil menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Bagi orang lain mungkin lulus menjadi sarjana itu sudah biasa, tapi bagi bapak tukang becak bisa menyekolahkan anaknya sampai sarjana itu adalah sesuatu yang luar biasa.
Apakah dia merasa sukses?
Iya, karena dengan usahanya dia bisa berhasil membekali anaknya dengan ilmu.
Apakah dia merasa bahagia?
Sudah pasti, karena dia merasa senang dan tentu saja merasa bangga karena anaknya menjadi sarjana.
Satu lagi pertanyaan?
Apakah bapak tukang becak tadi merasa sedih dan tidak beruntung karena ditakdirkan menjadi tukang becak?
Bagi orang lain mungkin iya, profesi tukang becak sangat menyedihkan dan sangat tidak beruntung. Tapi bisa jadi bapak tukang becak itu merasa sangat beruntung karena masih bisa memberi makan keluarganya dengan peluh keringat yang mengucur setiap hari. Dia merasa sangat bersyukur karena hasil jerih payahnya adalah hasil yang halal, bukan hasil dari mencuri atau bahkan hasil korupsi.
Inilah yang harus menjadi perenungan bagi kita. Sebenarnya ukuran kebahagiaan itu ditentukan dari seberapa besar rasa bersyukur kita terhadap apa yang sudah kita raih hingga saat ini. InsyaAllah dengan berbekal rasa syukur dan terimakasih inilah, kebahagiaan demi kebahagiaan, kesuksesan demi kesuksesan akan menyertai kita. Jangan lupa, jika suatu saat kita sedang sedih atau gagal, ini merupakan sebuah cara Allah untuk membuat kita semakin kuat untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Mari selalu bersemangat berbagi dan selalu bersyukur :)
Kebahagiaan biasanya dihubungkan ketenteraman batin, sedangkan kesuksesan biasanya dihubungkan dengan harta benda yang melimpah.
Pada akhirnya kita sendirilah yang harus bisa mengukur kebahagiaan dan kesuksesan kita sendiri. Sejauh mana kita merasa sukses? Sejauh mana kita merasa bahagia?
Sejauh ini saya memandang kebahagiaan dan kesuksesan adalah 2 hal yang saling berkaitan. Karena jika kita sukses pasti kita akan merasa bahagia. Sebaliknya kalau kita bahagia, pasti kita akan merasa sukses (beruntung). Dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Contoh sederhana, ada seorang tukang becak yang dengan penghasilan pas-pasan berhasil menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Bagi orang lain mungkin lulus menjadi sarjana itu sudah biasa, tapi bagi bapak tukang becak bisa menyekolahkan anaknya sampai sarjana itu adalah sesuatu yang luar biasa.
Apakah dia merasa sukses?
Iya, karena dengan usahanya dia bisa berhasil membekali anaknya dengan ilmu.
Apakah dia merasa bahagia?
Sudah pasti, karena dia merasa senang dan tentu saja merasa bangga karena anaknya menjadi sarjana.
Satu lagi pertanyaan?
Apakah bapak tukang becak tadi merasa sedih dan tidak beruntung karena ditakdirkan menjadi tukang becak?
Bagi orang lain mungkin iya, profesi tukang becak sangat menyedihkan dan sangat tidak beruntung. Tapi bisa jadi bapak tukang becak itu merasa sangat beruntung karena masih bisa memberi makan keluarganya dengan peluh keringat yang mengucur setiap hari. Dia merasa sangat bersyukur karena hasil jerih payahnya adalah hasil yang halal, bukan hasil dari mencuri atau bahkan hasil korupsi.
Inilah yang harus menjadi perenungan bagi kita. Sebenarnya ukuran kebahagiaan itu ditentukan dari seberapa besar rasa bersyukur kita terhadap apa yang sudah kita raih hingga saat ini. InsyaAllah dengan berbekal rasa syukur dan terimakasih inilah, kebahagiaan demi kebahagiaan, kesuksesan demi kesuksesan akan menyertai kita. Jangan lupa, jika suatu saat kita sedang sedih atau gagal, ini merupakan sebuah cara Allah untuk membuat kita semakin kuat untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Mari selalu bersemangat berbagi dan selalu bersyukur :)
*****
Bahagia ada di hati sendiri... Alangkah bahagia orang yang bisa melihat dengan mata bathin, senantiasa bersyukur dengan yang ada di genggaman. Thanks pencerahannya, Mak...:)
ReplyDeletemasih belajar terus ini Mak...belajar menata hati setiap hari...
Deletesama2 Mak semoga bermanfaat :)
Kalau lagi sadar dan hati lagi jernih, rasa syukur kita kadang berlebihan mbak..tapi,,kalau lagi "kemasukan setan' alias lagi galau, walah serasa kita yang paling menderita, hihihi...Padahal sebenernya itulah rona2 kehidupan ya....Gak mungkin Tuhan ngasih bahagia mulu atau sebaliknya....
ReplyDeleteiya mbak Eka...itulah kehidupan, berbahagialah kita yang selalu mau belajar dan berusaha positif
Deleteharus sarapan motivasi setiap hari nih...untuk meminimalisir kegalauan....hehehe
MANTAP GAN ARTIKELNYA
ReplyDeletethanks
ReplyDelete