Saturday, 21 March 2015

Semua Anak adalah Juara

Sebagai orangtua kita pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Oleh karena itu kadang kita memasang target yang terlalu tinggi untuk anak-anak. Misalnya: harus ranking 1 atau paling tidak harus masuk 10 besar di kelasnya, harus menjadi juara, harus ini harus itu seakan-akan anak adalah robot. Tidak heran jika orangtua berlomba-lomba mengikutkan anak-anaknya dalam berbagai macam les pelajaran, aneka kegiatan ekstra seperti bulutangkis, berenang, melukis, balet, modelling, dan seabrek kegiatan lainnya.

Menurut saya tidak masalah jika si anak enjoy saja dan menyenangi kegiatannya, justru si anak akan terbantu untuk mengisi waktunya dengan kegiatan-kegiatan positif. Yang menjadi masalah adalah ketika anak mulai merasa kelelahan karena jadwal kegiatan hariannya terlalu padat, atau anak tidak menyukai kegiatannya, karena yang suka *mungkin* adalah orangtuanya. Bisa jadi, karena orangtua ingin anaknya jadi pemain sepak bola terkenal, maka dengan serta merta mengikutkan si anak dalam club sepak bola tanpa melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Tidak adil rasanya memberi beban yang terlalu berat kepada anak-anak kita sendiri, demi obsesi diri sendiri.

Anak-anak adalah Kertas Putih
Sering dibaratkan seorang anak adalah selembar kertas putih, dimana kita sebagai orangtua bisa mencoretkan apa saja di atas kertas itu. Hendaknya kita menuliskan hal-hal yang baik-baik saja, sudah pasti ya teorinya seperti itu. Namun sebagai orangtua tentu saja kita tidak pernah lepas dari khilaf. Oleh karena itu jangan pernah lelah untuk belajar, bisa dari membaca buku maupun dengan pengalaman hidup kita maupun orang lain. Memang diperlukan hati yang besar untuk mau belajar dan tentu saja harus mau membuka diri untuk menerima hal-hal baru yang bisa jadi bertentangan dengan pola pikir kita selama ini.

Belajar dari Anak-anak
Saya percaya bahwa anak-anak itu diciptakan sudah dengan karakter masing-masing, sementara tugas kita sebagai orangtua adalah membimbing dan mengarahkannya.

Selama 14 tahun terakhir ini, sejak mas Dani lahir tahun 2001, saya merasa anak-anak saya tidak ada yang menuntut saya. Mama harus begini, Mama harus begitu. Di saat seperti itulah saya merenung, sepertinya justru saya yang terkadang justru menetapkan target terlalu tinggi bagi mereka.

Misalnya ketika mereka belajar makan sendiri, kadang saya marah-marah rumah jadi berantakan.
Sebenarnya kalau dinalar, mereka saat itu baru berumur 2 tahun, wajar dong kalau makan masih suka belepotan atau suka tumpah. Sementara kita yang sudah berumur puluhan ini saja terkadang membawa semangkuk soto pun masih bisa tumpah.

Justru saya dan suami yang banyak belajar kepada anak-anak. Merekalah sarana pembelajaran bagi kita. Kalau pepatah Jawa bunyinya Kebo Nusu Gudel .

Kemampuan Masing-masing Anak Tidak Sama
Masing-masing anak mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, meskipun mereka pernah hidup selama 9 bulan di rahim yang sama. Saya sendiri mengalaminya, mas Dani lebih kalem dan cuek, kakak Ony lebih aktif dan suka berpetualang, si Adik Ahya lebih care kepada saudara-saudaranya.

Sudah jelas kemampuan mereka tidak bisa disamakan. Bahkan masalah daya tahan tubuh pun juga berbeda. Kadang saya marasa naif ketika ada salah satu teman di social media mengupload nilai ulangan anaknya yang dapat 100. Pertanyaan saya hanya satu, "apakah dia berani mengupload nilai anaknya ketika dapat 20?"

Itulah, kadang kita lupa bahwa kepandaian itu tidak melulu ditentukan oleh nilai di sekolah. Namun kepandaian itu sangat kompleks. Apa guna nilai bagus kalau hanya menjadikan arogan? Apa guna pintar matematika kalau hatinya tidak peka terhadap yang papa?

Belajar Menerima
Setiap manusia selalu menginginkan yang sempurna. Memiliki anak-anak yang sempurna, sehat, pintar adalah dambaan setiap orang tua. Namun apa yang bisa kita lakukan ketika ternyata kita mendapatkan yang sebaliknya? Kecewa? Kecewa sama siapa?

Yang harus kita lakukan adalah belajar menerima kenyataan yang memang di luar  batas kemampuan kita sebagai manusia.
Berat? Iya.
Sulit? Iya.
Itulah gunanya kita mempunyai  keyakinan. Itulah gunanya kita percaya adanya Tuhan.

Di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semua terjadi atas kehendak Tuhan. Dan semua yang terjadi atas diri kita sudah diperhitungkan Tuhan, sudah disesuaikan dengan kekuatan kita.

Marilah kita bersikap lebih bijaksana, terutama kepada anak-anak kita. Kita support mereka dan kita beri teladan yang baik, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berguna bagi sesama. Dan semua anak adalah juara.
*****

43 comments:

  1. Dan anak juga harus memberikan yang terbaik untuk orang tuanya biar orang tua bisa bangga terhadap anaknya, mhehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak wida, tugas kita sebagai ortu membimbing anak-anak agar bisa membanggakan ortu, begitu juga anak2 bisa bangga dengan ortunya juga :)

      Delete
  2. selain berusaha memberikan yang terbaik, tugas ortu adalah nerimo ing pandum
    menerima segala kelebihan dan kekurangan sang anak

    ReplyDelete
  3. Tapi harus hati-hati juga jangan sampai anak-anak terjerumus di dalam hal yang tidak harus dilakukan !
    salam kenal mbak, blognya udah saya follow. Mohon follow juga blog saya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. itulah salah satu tugas orangtua untuk memberikan rambu-rambu agar anak tidak terjerumus :)

      Delete
  4. kalau dikampung jarang ada orang tua yang mau belajar dari anak bun,, maunya ya cuma ngajar sampai babak belur aja. hehee

    ReplyDelete
  5. semua yang lahir itu juara, karena saingan lahir di dunia bisa 120 jutaan lebih

    ReplyDelete
  6. iya, Mbak. Karena semua anak itu istimewa :)

    ReplyDelete
  7. setiap anak dilahirkan berbeda.. tapi perbedaan itu membuat dunia lebih berwarna ;)

    ReplyDelete
  8. ane kebetulan belum punya anak sob karena belum menikah, tapi boleh juga nih info nya buat bekal ane kelak, thanks yak

    ReplyDelete
  9. Dengan adanya anak saya jadi tau, mengapa Allah menyuruh hambaNya menikah? Karna anak adalah dunia baru, sekolah kita, dan bahan "Bekal Pulang" nanti. I love them :) Thanks ulasannya Mak, jadi semangat lagi membina mereka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya Mak....pendampingan dan pembinaan kepada anak-anak akan terjadi terus menerus, sampai anak-anak kita nanti juga akan meneruskannya kepada anak-anaknya .
      semoga kita bisa amanah ya Mak :)

      Delete
  10. Jadi renungan buat aku juga mak ini...:")

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama2 Mak....saya juga harus banyak belajar :)

      Delete
  11. Assalamualaikum Mbak Nik. Mampir ke blog njenengan. hehehehe
    Saya setuju Mbak, kadang KEBO NUSU GUDEL berlaku. intinya yang belum mengerti harus belajar kepada yang benar, meski yang benar berusia lebih muda. Kalau jaman dulu, Kebo Nusu Gudel sesuatu yang aneh. Sekarang yang mana lebih benar, disitulah harus diikuti.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam mas Rahmat, pa kabar? Wis suwe ra mampir mrene...
      Bener, intinya belajar itu bisa dari siapa pun, bahkan dari anak kecil sekalipun :)

      Piye? Wis pesta duren belum? Setiap lewat pasar ngemplak selalu tergoda dengan aroma duren dari para penjual duren di pinggir jalan :D

      Delete
    2. sampun mbak. pesta aroma duren, cuman aromane tok. hehehehe

      Delete
    3. wah sip mas, bau sudah mewakili buahnya ya? hahaha

      Delete
    4. wah sip mas, bau sudah mewakili buahnya ya? hahaha

      Delete
  12. anak-anak masih polos. kita bisa belajar dari mereka..
    selai mereka belajar dari kita, kita juga belajar dari mereka.
    lucu :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. sip karena manusia adalah letak kesalahan...tidak selamanya yang tua itu selalu benar :)

      Delete
  13. Semua orang tua juga juara mak.Tak ada yang bisa mengalahkan kasih orang tua thdp anaknya.. :) Dan betul, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semua terjadi atas kehendak Tuhan. Salam untuk tiga jagoannya mbak Ninik ya, si DOA, heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup bener mbak Eka, berarti semua juara yaa :D
      salam balik dari DOA untuk Tante Cantik....muah :* hehehe

      Delete
  14. Semangat untuk mendidik anak mbak :-D

    ReplyDelete
  15. anak adalah kertas putih benar sekali mbak. terserah orang tua mau meberi warna apa pada kertas putih itu...semoga nantinya aku bisa memberikan ilmu yg bermanfaat untuk anak2ku...

    ReplyDelete
  16. Bener, Mbak.. Jadi ngga boleh pilih kasih.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak Beby....ada yg item ada yg putih...semua harus disayang :D

      Delete
  17. Tapi kalau kita perhatikan disekeliling kita, anak-anak menjadi ajang adu lomba. malu jika anak tidak naik kelas atau mendapat juara. Orang tua wajib membaca postingan ini, agar lebih bisa menjadi orang tua yang bijak. aku masih muda, jadi cuma bisa mangut-mangut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup....mangut2 sambil dengerin musik ya mas:)

      Delete
  18. Karakter anak-anak tidak sama ya Mbak walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama, Hal yg membuat cara pendekatan ke masing-masing anakpun akan berbeda pula. Itu yg saya rasakan,

    Salam,

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget mas, pendekatan masing2 anak berbeda... 3 anak ya 3 cara :D

      Delete

Yuuk saling berbagi.
Saya menunggu komentar dan saran dari Teman-teman.
Terima kasih.